Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un

Gempa kembali mengguncang di sepanjang pesisir pantai selatan pulau Jawa dan Bali. Gempa yang berkekuatan 7,6 skala richter telah menghancurkan ribuan rumah penduduk, sejumlah bangunan yang ada di kota-kota di pantai selatan Pulau Jawa. Gempa yang mempunyai kekuatan cukup tinggi ini juga mengakibatkan ratusan orang meninggal dan ratusan lainnya yang menderita luka.

Gempa ini juga menimbulkan kepanikan luar biasa bagi para pekerja di gedung-gedung bertingkat di pusat kota Jakarta. Akibat panik itu mereka berhamburan meninggalkan gedung perkantoran mereka untuk menyelamatkan diri. Gempa yang terjadi pukul 14.55, saat menjelang shalat Ashar itu mengakibatkan pula kelumpuhan total, baik di kantor-kantor maupun di jalan-jalan di seluruh Jakarta. Bahkan, banyak para pekerja di kantor-kantor gedung bertingkat mengalami luka-luka akibat berebut meninggalkan kantor mereka.

Para pekerja di kantor-kantor itu bergegas meninggalkan kantor mereka, dan langsung pulang ke rumah masing-masing. Banyak acara penting yang berhenti mendadak. Termasuk saat rapat dengar pendapat antara Menteri Keuangan Sri Mulyani dengn Komisi XI, yang membidangi keuangan, dan sedang membahas kasus Bank Century. Bahkan, rapat intern DPD yang akan membahas tentang tata tertib anggota DPD yang baru, langsung bubar, tanpa ditutup.

Ini merupakan musibah terbesar yang terjadi di bulan Ramadhan, dan ini merupakan ‘warning’ kepada umat Islam, agar lebih melakukan introspeksi diri, dan saatnya mengingat kembali atas semua peristiwa yang terjadi akhi-akhir ini.

 Pertama, Desember, tahun 2004 telah terjadi peristiwa besar yang menyebabkan hancurnya Aceh, yaitu tragedi tsunami. Akibat tsunami ini telah memporak-porandakan Aceh, dan menelan korban ratusan ribu jiwa. Dan, tak terhitung lagi jumlah bangunan dan rumah serta jalan-jalan yang hancur akibat tsunami. Peristiwa ini menggugah perhatian masyarakat dunia, dan mereka memberikan bantuan kepada Aceh.

Perisitwa musibah lainnya terjadi gempa di Yogyakarta, tahun 2007, yang mengakibatkan kerusakan yang sangat luar biasa. Hampir seluruh pantai selatan Yogya, terutama kota Bantul, mengalami kerusakan yang cukup parah. Gempa yang mencapai 7 skala richter itu, merusak bangunan dan menimbulkan korban jiwa. Di akhir kampanye pemilu 2009, tanggul Situ Gintung jebol, yang melarutkan rumah-rumah penduduk sepanjang aliran sungai Situ Gintung. Banyak korban jiwa, termasuk rumah-rumah yang ada disepanjang aliran Situ Gintung rusak dan hanyut.

Belum lagi, peristiwa musibah, seperti jatuhnya pesawat terbang baik sipil maupun militer. Tentu, yang paling getir adalah jatuhnya pesawat Adam Air di wilayah Sulawesi, yang sampai sekarang tidak diketemukan satupun jenazah dari korban pesawat itu. Masih ditambah tenggelamnya kapal laut yang berulang-ulang. Musibah lainnya, meletusnya gunung berapi, tentu yang menyedot perhatian adalah meletusnya gunung Merapi, yang tidak jauh dari kota Yogyakarta.

Jadi, sejak tahun 2004, hingga kini seakan belum habis-habis musibah yang mendera bangsa dan umat islam Indonesia. Ini harus benar-benar menjadi bahan renungan dan introspeksi (muhasabah) terhadap diri masing-masing, mengapa bangsa dan umat ini terus mendapatkan musibah dan cobaan yang demikian berat dari Allah Ta’ala.

“Katakanlah, “Siapakah yang akan menjaga kamu pada waktu malam dan siang dari (siksaan) Allah Yang Maha Pengasih?”. Tetapi mereka enggan mengingat Tuhan mereka. Ataukah mereka mempunyai tuhan-tuhan yang dapat memelihara mereka dari (adzab) Kami? Tuhan-tuhan mereka itu tidak sanggup menolong diri mereka sendiri dan tidak (pula) mereka melindungi dari (adzab) Kami”. (Al-Qur’an, Surah Al-Anbiya’ : 42-43).

Marilah kembali kepada jalan Islam dan menjadi orang yang bertakwa, dan menjauhi segala bentuk yang dibenci dan dimurkai Allah Azza Wa Jalla, termauk melakukan perbuatan kemusyrikan dan fasik, yang dikutuk  oleh  Allah. Takutlah akan adzab yang akan ditimpakan Allah kepada diri kita, bila tidak mau taat kepada-Nya. Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un. (m)

Foto : Detik.com