Inilah Enam Rentenir Andalan Rezim Jokowi Untuk Ngutang

jokowi
Tenang, Duit Masih Banyak, Dari Hasil Ngutang…

Eramuslim.com – Utang dalam suatu pemerintahan adalah hal yang wajar. Namun utang dalam jumlah gila-gilaan, di masa umur pemerintah baru setahun, menunjukkan banyak indikasi: bisa pemerintahannya terlalu malas untuk menciptakan inovasi, bisa pemimpinnya yang goblok, bisa juga hal itu menandakan orang yang memimpin rezim sesungguhnya adalah boneka atau anjing pudel dari suatu korporasi multi-nasional. Atau bisa juga semuanya.

Pemerintahan Indonesia sekarang ini menunjukkan hal itu. Hingga November 2015, total utang pemerintah pusat tercatat Rp 3.074,82 triliun. Angka ini naik Rp 53,52 triliun dibandingkan posisi bulan sebelumnya, yaitu Rp 3.021,30 triliun.
Pemerintah juga masih mengandalkan utang untuk pembiayaan defisit anggaran 2016. Menurut Jokowi, besarannya utang dari dalam negeri Rp 272 triliun dan luar negeri Rp 1,2 triliun.
Dengan demikian, utang Indonesia tahun depan dapat diprediksi melampaui angka Rp 3.200 triliun. Angka ini hampir tiga kali lipat dari utang yang ditinggalkan Presiden Abdurrahman Wahid, yakni 1.273,18 triliun di 2002.
Jumlah utang yang membengkak itu berasal dari berbagai institusi dan negara. Dari luar negeri tercatat ada enam pihak yang menjadi andalan pemerintah untuk berutang. Bank Dunia menempati urutan pertama. Sampai November 2015 Bank Dunia sudah menggelontorkan utang untuk pemerintah sebesar Rp 221,07 triliun.
Jepang ada di posisi dua. Sampai November 2015, negeri matahari terbit itu sudah mengucurkan pinjaman sebesar Rp 216,02 triliun. Ini karena banyak proyek infrastruktur didanai Jepang.
Posisi tiga ditempati Bank Pembangunan Asia (ADB) yang sudah mengucurkan utang untuk pemerintah sebesar sebesar Rp 120,55 triliun. Prancis ada di posisi empat dengan jumlah utang yang dikucurkan sebesar Rp 24,62 triliun. Posisi lima ditempati Jerman dengan total pemberian uang sebesar Rp 20,32 triliun. Bank Pembangunan Negara-negara Islam (IDB) berada di posisi enam dengan jumlah pemberian utang sebesar Rp 8,63 triliun.
Selain rajin menambah utang, pemerintah juga berusaha untuk menyicil utang lama. Sepanjang Januari sampai November 2015, pemerintah sudah merogoh kocek sebesar Rp 356,513 triliun untuk menyicil pokok pinjaman dan bunga utang.
Untuk bunga dari utang dalam negeri, pemerintah harus bayar 135,931 triliun, sedangkan bunga utang luar negeri mencapai 12,152 triliun. Jika rakyat ingin membebaskan negara dari utang dengan bunga yang mencekik ini, setiap mereka harus patungan sebesar +-Rp 12 juta per kepala.(ts/pm)