Apalagi, ketergantungan dana asing di Indonesia cukup tinggi sehingga apabila terjadi outflow, maka akan sangat terasa. “Permintaan terhadap dana asing yang semakin besar membuat nilainya semakin tinggi, sementara suplai dolar di dalam negeri (dari arus masuk devisa, seperti dari ekspor dan investasi) tidak meningkat sebesar peningkatan permintaan dolar,” papar Heri.
Menurut Heri, pelemahan rupiah akan terus terjadi hingga kebijakan penaikan suku bunga AS berakhir. Sementara untuk dalam negeri, rupiah dapat menguat apabila Indonesia bisa menahan laju arus keluar devisa, seperti menahan laju impor, serta hingga Indonesia bisa meningkatkan ekspor yang lebih tinggi untuk mendatangkan devisa.
Saat ini, neraca perdagangan defisit karena ekspor kurang, sedangkan impor lebih banyak. Pemerintah harus dapat meningkatkan ekspor dan mengurangi impor sehingga nett-nya akan surplus dan menambah devisa.
“Jadi, kalau neraca dagang surplus, dolar AS yang masuk bertambah. Saat ini, sangat penting untuk dolar masuk supaya menambah pasokan valas di dalam negeri,” kata Heri. (rol)