Mubaligh yang lahir di Silo Lama, Asahan, Sumatra Utara, 41 tahun silam itu menilai, ada jalan yang lebih bijaksana selain jalur hukum untuk ditempuh. Alumnus S-2 Darul Hadits (Maroko) itu memilih tidak melawan balik persekusi yang ada. Dia tidak ingin ada gesekan di tengah masyarakat, khususnya umat Islam.
“Mengalah saja. Allah ada,” kata peraih anugerah Tokoh Perubahan Republika 2017 itu menutup pembicaraan. (rol)