Joni (42), pedagang elektronik di Glodok City, Jakarta Barat, mengatakan depresiasi Rupiah yang saat ini terjadi membuat harga barang-barang elektronik termasuk kamera naik hingga 10 persen. Imbasnya penjualan produk tersebut menjadi lesu.
“Sekarang lagi lesu. Awalnya memang gara-gara ada jualan online. Tapi dengan ini (depresiasi rupiah) makin parah. Tidak tahu nanti ke depan bagaimana,” ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (7/9).
Dia menuturkan, lantaran penjualan yang lesu, omzetnya kini turun hingga 50 persen. Namun dirinya mengaku hanya bisa pasrah dengan kondisi saat ini.
“Omzet turun 50 persen. Ini Rupiah Rp 14.000 saja sudah berat, bagaimana kalau (bertahan) di Rp 15.000,” kata dia.
Selain itu, tren peningkatan penjualan, khususnya untuk kamera digital yang biasanya naik di akhir tahun, hingga saat ini belum terlihat peningkatannya. Hal tersebut membuat dirinya khawatir penjualan tahun ini tidak akan mencapai target.
“Akhir tahun biasanya naik. Tapi dari Agustus harusnya sudah mulai kelihatan naik. Ini sampai sekarang belum ada tanda-tanda. Sampai September masih sepi. Kalau kamera tren meningkat di akhir tahun bisanya orang mau pakai untuk liburan,” kata dia.
3 Pengrajin Tempe Terancam Bangkrut
Imbas melemahnya nilai tukar Rupiah mulai dirasakan di berbagai sektor ekonomi tak terkecuali para pelaku usaha kecil dan menengah. Seperti halnya para perajin dan pedagang tahu tempe di Karawang yang terkena dampaknya akibat bahan baku kedelai masih mengandalkan kedelai impor.