Eramuslim.com -Ketimpangan sosial yang terjadi di Indonesia masih sangat tinggi. Sebagaimana hasil pengukuran terbaru yang dilakukan International NGO Forum on Indonesian Development (INFID), indeks ketimpangan sosial di tahun ini berada di angka 5,6 persen.
“Angka ini naik dari tahun 2016 yang hanya 4,4 persen menjadi 5,6 persen,” ujar peneliti INFID Bagus Takwin saat memaparkan hasil temuannya di Pisa Cafe, Menteng, Jalan Gereja Theresia 1, Menteng, Jakarta, Kamis (8/2).
Dijelaskan Bagus bahwa indeks 5,6 persen ini berarti ada 5 sampai 6 ranah ketimpangan, dari 10 ranah yang ditanyakan, yang dirasakan warga saat ini. Ranah itu antara lain ketimpangan penghasilan, pekerjaan, rumah, harta benda, kesejahteraan keluarga, pendidikan, lingkungan tempat tinggal, terlibat dalam politik, hukum dan kesehatan.
“Adapun ranah yang paling berperan sebagai sumber ketimpangan sosial adalah penghasilan (71,1 persen), pekerjaan (62,6 persen), rumah (61,2 persen), harta benda (59,4 persen),” sambungnya.
Pengukuran ketimpangan sosial ini dilakukan melalui metode survei dengan kuesioner terhadap 2250 responden di 34 provinsi, dengan menggunakan alat ukur ketimpangan sosial yang mengukur penilaian warga mengenai ketimpangan di beberapa ranah.
Dalam survei yang digelar dari September hingga Oktober 2017 ini, warga diminta untuk menilai di ranah mana saja ketimpangan terjadi di Indonesia.(kk/rm)