Indonesia sebagai negara yang penduduknya penganut agama Islam terbesar di dunia, sebetulnya tidak layak mendapat predikat sebagai negara terkorup di Asia. Korupsi masih marak ditanah air disebabkan masih sangat lemahnya penjiwaan nilai-nilai ibadah yang terdapat pada kalangan pejabat, dan pemegang kebijakan lainnya di Indonesia.
"Para koruptor itu masih merajalela, karena para pejabat-pejabat di Indonesia tidak pernah menjiwai setiap ibadah yang dilakukannya selama ini. Kalau orang-orang yang beribadah betul-betul menjiwai setiap ibadah yang dilakukan, niscaya tidak akan melakukan korupsi, " tegas Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Sahar L Hassan, di Jakarta.
Ia mengatakan, yang mendesak dilakukan di kalangan masyarakat Indonesia adalah menanamkan serta menumbuhkan pengertian bersama bahwa Islam tidak membenarkan orang-orang mengambil hak milik orang lain.
"Kalau itu yang dilakukan niscaya masyarakat Indonesia akan bisa maju, karena lambat-laun akan korupsi hilang, dan memperoleh kemakmuran bersama-sama, "ungkapnya.
Selain itu, apabila keuangan negeri ini dikelola secara benar, maka tidak mungkin orang-orang miskin banyak di Indonesia. Hal itu, lanjut Sahar, karena kekayaan negara hanya dikuasai oleh sekitar 300 konglomerat, sementara yang lainnya hanyalah ‘engkong melarat’.
Ia juga mengritik, sistem perbankan nasional yang hanya berpihak pada kalangan ekonomi ke atas. Sedangkan kalangan ekonomi lemah sulit mendapatkan pinjaman dari bank. Hal inilah yang menjadi kesulitan bagi umat Islam dalam bersaing untuk mencapai kemajuan di bidang ekonomi, karena memang akses untuk mendapatkan permodalan sangat sulit.
Sahar berharap agar umat Islam mulai melakukan langkah-langkah revolusioner dengan melakukan optimalisasi zakat, infaq dan shadaqah, dari kalangan orang mampu kepada orang-orang yang tergolong dhuafa.
"Saya yakin kalau ini dilakukan lambat laun perekonomian umat Islam akan dapat menggeliat, "imbuhnya.(novel)