Pemerintah Indonesia menyatakan keprihatinannya atas aksi-aksi kekerasan yang terjadi di Irak, terutama serangkaian aksi kekerasan pada Rabu (18/4), yang telah menimbulkan korban jiwa ratusan orang.
Demikian diungkapkan Juru Bicara Deplu Kristiarto Soerjo Legowo dalam media briefing, dikantor Departemen Luar Negeri, Jakarta, Jum’at (20/4).
"Pemerintah Indonesia sangat prihatin bahwa aksi tindak kekerasan belum mereda bahkan terus berlanjut, dan telah menimbulkan semakin banyak korban dikalangan masyarakat sipil di Irak, "ujarnya.
Menurutnya, untuk kasus kekerasan yang terus berulang di wilayah Irak, pemerintah Indonesia menghimbau kepada pihak-pihak yang bertikai, agar mereka dapat mencari solusi damai untuk mengatasi masalah yang dihadapi dinegara tersebut.
"Kita ingin menyerukan agar mereka tidak terjebak pada konflik-konflik antara kelompok, yang akhirnya menimbulkan banyak korban dikalangan masyarakat sipil yang tidak berdosa, " tandasnya.
Lebih lanjut Kristiarto menegaskan, dalam mencari solusi penyelesaian konflik Irak, Indonesia senantiasa memanfaatkan peluang sekecil apapun untuk memberikan kontribusi dalam menyelesaikan berbagai masalah di Irak, dan hal ini telah dilakukan oleh Indonesia dengan memprakarsai pertemuan antara pemimpin umat Islam dari kelompok Sunni-Syiah di Bogor awal April lalu.
Ia menambahkan, dalam pertemuan itu beberapa usulan telah disampaikan oleh Indonesia untuk mencari solusi konflik di Irak
Namun yang jelas, Indonesia tetap mengecam berbagai bentuk tindak kekerasan yang menimbulkan jatuhnya korban masyarakat sipil.
Aksi-aksi kekerasan di Baghdad bersamaan dengan diberlakukannya undang-undang restabilitas dan keamanan oleh pemerintah. Sumber-sumber keamanan setempat menyebutkan, lima serangan, empat di antaranya serangan bom mobil terjadi di lokasi-lokasi padat manusia.
Tercatat 115 orang tewas dan 137 lainnya terluka menyusul ledakan bom mobil yang sedang diparkir di Jalan Al-Kifah, di mana terdapat Pasar Shadriyyah di jantung Kota Baghdad. (novel)