Pemerintah Indonesia menyatakan keprihatinan atas operasi penyerbuan yang dilakukan pasukan militer dan, berujung pada insiden baku tembak yang menewaskan sekitar 70 orang di Pakistan.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda usai bertemu dengan Menteri Luar Negeri Fhilipina Alberto Romulo, di Departemen Luar Negeri, Jakarta, Jum’at (13/7).
"Kita turut prihatin dengan peristiwa yang menimbulkan banyak korban dari kedua belah pihak, " ujarnya.
Menurutnya, pada dasarnya insiden itu disebabkan persoalan di dalam negeri Pakistan sendiri, oleh karena itu diharapkan otoritas negara yang bersangkutan dapat segera menyelesaikan masalah tersebut.
"Kita harapkan berbagai pihak di Pakistan dapat menyelesaikannya dengan baik, " imbuhnya.
Sementara itu, Anggota Komisi I DPR Mutammimul Ula mengecam Operasi keamanan yang dilakukan Presiden Pakistan Pervez Musharraf terhadap umat Islam di Masjid Merah, di Ibu kota Islamabad. Ia menilai, peristiwa itu sangat menyedihkan dan memalukan sebab dilakukan oleh kalangan militer yang juga dari kalangan muslim.
"Ini luar biasa menyedihkan dan memalukan, sebab peristiwa itu terjadi di dalam masjid, tempat umat Islam melaksanakan ibadah lima waktu, apalagi disiarkan setiap detiknya melalui siaran publik, " jelasnya.
Tammin menganggap, cara penyelesaian dengan kekerasan yang dilakukan pemimpin di sana hanya akan mempersubur radikalisme dan kekerasan baru yang sulit diatasi, sebagaimana yang terjadi di Irak. Padahal upaya negosiasi damai masih mungkin dilakukan, dan sedang dalam proses oleh para ulama Pakistan atas sepengetahuan pemerintah.
Dalam sepekan ini, operasi keamanan terhadap Masjid Merah telah menewaskan 73 orang dan sembilan anggota militer. Ulama di masjid ini, Abdul Rashid Ghazi pun turut tewas dalam insiden itu. Puncak penyerbuan dilakukan pada Rabu lalu, di mana 60 orang tewas. (novel)