Pemerintah Indonesia secara tegas melarang dilanjutkannya ekspor pasir ke Singapura, sebab penggalian itu telah menyebabkan kerusakan pulau-pulau terluar Indonesia.
Demikian disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar usai pembukaan pertemuan pejabat tinggi 45 negara Asia-Eropa membahas masalah lingkungan, di Departemen Luar Negeri, Jakarta, Selasa (6/3).
"Kementerian telah tegas merekondisikan, agar tidak dilakukan lagi ekspor pasir karena pulau-pulau kita sudah ada yang rusak, maka penggalian pasir seperti itu harus dihentikan, " ujarnya.
Ia meminta agar negara Singapura dapat menerima keputusan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia, sebab kegiatan itu dapat memperparah kerusakan lingkungan hidup di sekitar lokasi penggalian.
Lebih lanjut Rachmat Witoelar mengaku, kondisi pulau-pulau di sekitar penggalian pasir itu semakin memburuk, bahkan hanya tinggal sepertiga yang masih utuh, dan itupun sangat sulit untuk diperbaiki. Kalau pun akan diperbaiki biayanya cukup besar.
"Itu saya tutup, paling tidak didiamkan, supaya tidak diganggu lagi, karena memang sudah tidak bisa diperbaiki, konservasinya lama, " tandasnya.
Perubahan Iklim
Mengenai perubahan iklim yang akhir-akhir dikeluhkan oleh masyarakat dunia, Rachmat menegaskan kondisi itu terjadi akibat ulah manusia juga, seperti disebutkan dalam hasil studi sekitar 2.500 pakar lingkungan yang diterbitkan di Paris beberapa waktu lalu.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, sambungnya, sebanyak 45 negara dari Asia dan Eropa berkumpul di Jakarta selama dua hari, mulai hari ini, untuk mematangkan rekomendasi yang akan dibawa dalam pertemuan lanjutan di Denmark pada 24-26 April mendatang.
Ia menyatakan, Indonesia sangat memegang peran penting dalam masalah lingkungan, karena umumnya yang menjadi korban adalah negara yang penduduknya miskin dan terjadi pada negara kepulauan. Indonesia masuk dalam dua kriteria itu. (novel)