Pemerintah harus mampu memainkan peran pada posisi tengah yang representatif, untuk membantu penanganan krisis di Timur Tengah, sebab Indonesia mempunyai posisi strategis dalam menghimpun kekuatan dan mengumpulkan negara yang memiliki keprihatinan yang sama.
Anggota DPRRI dari Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi Ali Mochtar Ngabalin kepada eramuslim, di Gedung DPRR, Jakarta, Selasa(18/7) mengatakan, "Indonesia sangat strategis untuk bisa memainkan peranan itu, karenanya upaya menghimpun kekuatan dan mengumpulkan negara-negara yang memiliki keprihatinan yang sama itu menjadi penting, dan langkah yang paling penting adalah menghentikan agresi militer Israel, karena itulah penyebabnya," tegasnya.
Menurutnya, agresi militer yang dilakukan oleh Israel ke Libanon tidak berdiri sendiri, ada ketidakadilan dari dunia Barat dan negara liberal yang memback-upnya, inilah yang masih menjadi persoalan mendasar dalam menuntaskan krisis tersebut.
"Sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia harus melakukan lobi-lobi internasional dengan memberdayakan seluruh elemen pemerintahan di luar negeri, karena kita tidak mempunyai posisi selain itu," ujarnya.
Ia mengaskan, langkah konkrit yang harus dilakukan pemerintah adalah mengirim utusan khusus ke kongres AS dan ke DK PBB untuk menyampaikan keprihatinan masyarakat Indonesia, yang kemudian dilanjutkan dengan mengambil langkah-langkah bantuan.
Berbeda dengan Ali Mochtar Ngabalin, Anggota DPRRI dari Fraksi Partai Amanat Nasional Dedy Djamaluddin Malik berharap, pemerintah tidak hanya sekedar mengeluarkan retorika saja untuk menyikapi masalah di Timur Tengah, tetapi memberikan tindak lanjut yang konkrit, misalnya dengan mengirimkan pasukan perdamaian atau relawan.
"Jangan hanya beretorika, sebagian orang sudah bosan mendengarnya," tandasnya.
Dedy menilai, upaya yang dilakukan pemerintah saat ini belum cukup efektif, oleh karena itu dirinya menyarankan agar dibentuk tim khusus antar departemen untuk memperkuat dukungan terhadap kawasan Timur Tengah yang terkena agresi Israel, serta melakukan langkah nyata untuk menggalang solidaritas negara-negara muslim dunia.
"Tim khusus ini akan memonitor perencanaan, evaluasi dan langkah yang sistematis, karena sekarang yang baru tampak hanya dipermukaan, lalu berhenti, dengan adanya tim ini bisa lebih fokus," jelasnya.(novel)