Lamongan–Departemen Agama bekerjasama dengan pemerintah Australia, dalam hal ini AusAID membangun Madrasah Tsanawiyah Satu Atap sebanyak 500 buah di sembilan propinsi. Sebanyak 33 Madrasah Mts di antaranya diresmkikan secara serentak oleh Menteri Agama Dr. Muhammad Maftuh Basyuni di Mts Tsanawiyah Satu Atap Pondok Pesantren Kebon Dalem, Lamongan, Jawa Timur, Selasa (28/7).
Dikatakan M. Firdaus, Direktur Pendidikan Madrasah, Depag bahwa biaya pembangunan ke-33 madrasah ini sebesar 28 miliar rupiah lebih. Madrasah Tsanawiyah satu Atap ini berlokasi di Lampung (8 Mts SA), Banten (1), Jawa Barat (8), Jawa Tengah (8) dan di Jawa Timur 14 Mts SA. “Pondok pesantren Kebon dalem sebagai salah satu lokasi telah mendapat dana hibah dari Australia sebesar satu miliar lebih.
Menurut Firdaus, pada tahun 2006 sampai 2007 telah dibangun sebanyak 46 MtS SAdan Madrasah Tsanawiyah pesantren Baru di lima provinsi. Yaitu di Sumsel (8 lokasi), Lampung (12), Jawa Barat (11), Jawa Tengah (7) dan Jawa Timur sebanyak delapan lokasi.
Sampai bulan Desember 2009 ini menurut Firdaus, diharapkan seluruh bangunan yang berjumlah 500 madrasah terebut sudah dapat diserahterimakan dan difungsikan seluruhnya.
2000 Madrasah
Sementara itu perwakilan Aus AID di Indonesia Blair Exel dalam sambutannya pada kesempata tersebut mengatakan, pemerintah Australia melalui Aus AID bekerjasama dengan pemerintah Indonesia telah membangun 2000 madrasah di 21 provinsi. Yaitu berupa Madrasah Satu Atap dan Madrasah Baru.
“Kami ucapkan terima kasih pada pemerintah Indonesia dan masyarakat Indonesia yang telah membantu pembangunan madrasah-madrasah ini, 33 Madrasah Tsanawiyah Satu Atap ini akan menampung sekitar 50 ribu siswa “ papar Blair.
Menurut Blair, Indonesia dan Australia bermitra erat dalam dunia pendidikan di Indonesia. “Kami bangga bisa bermitra dan ikut berpartisipasi dalam pendidikan di Indonesia,“ kata Blair.
Menurut Blair, pihaknya sudah berbicara dengan Mendiknas maupun Menag terkait hubungan kerjasama ke depan antar kedua negara. “Kita ada ikatan darah. Seperti misalnya akibat kejadian dua minggu lalu (pengeboman red.), baik Indonesia maupun Australia mengalami masa-masa sulit karena kita memang ada ikatan darah. Kegiatan ini menjadi pengingat kerjasama kedua negara dan kedua bangsa,“ ucap Blair.(Siaran Pers Humas Dep.Agama)