Naiknya harga beras di hampir semua daerah diduga dirancang dari Jakarta, sehingga soal perberasan saat ini masuk katagori mengkhawatirkan.
"Naiknya harga beras secara gila-gilaan, sebagaimana contoh kasus terjadi di Jawa Tengah, ada indikasi kuat by design dari Jakarta, untuk melegitimasi impor tambahan 500 ribu ton dari Vietnam, " ujar Ketua Farksi PDIP Tjahjo Kumolo Kepada pers di Jakarta, Kamis (15/2).
Menurutnya, persoalan beras sudah masuk kategori mengkhawatirkan, sehingga kepala negara terpaksa memanggil sejumlah pejabat, terkait masalah itu.
Karena itu pula, katanya, pemerintah menggelar operasi pasar (OP) di beberapa tempat, tapi sayang langkah itu tak efektif.
"Yah jelas, ada upaya mendorong OP yang tidak prosedural, sehingga stok Bulog jadi defisit, kemudian ada pembelian beras secara besar-besaran (beras Jateng) oleh tengkulak-tengkulak beras yang mencari untung semata, tanpa melihat kondisi panen dan nasib petani, " paparnya.
Ditegaskannya, pemerintah dalam masalah ini kelihatannya tidak kompak. Alasannya, penjelasan pemerintah soal perberasan ini tidak satu komando.
"Kok Wapres dengan antar menterinya tidak sama. Kasihan petani yang panen dan masyarakat yang mulai tidak mampu menjangkau harga beli beras yang terus melambung, " sambungnya.
Ironisnya lagi, ungkap Tjahjo, dalam rencana impor ini tak melibatkan Menteri Pertanian (Mentan). Mentan merasa tidak diajak bicara soal akan impor beras. "Menurut Mentan, boleh saja impor, asal tidak sebanyak itu (yang moderat 300 ribu ton), " katanya. (dina)