Eramuslim – Program penetapan satu harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium baik di Jawa-Madura-Bali (Jamali) maupun di luar Jamali oleh Presiden Jokowi membebani keuangan PT Pertamina (Pesero Tbk.
Tercatat laba Pertamina pada kuartal III 2017 sebesar USD31,38 miliar (setara Rp425 triliun), turun sebesar 30 persen atau USD1,99 miliar jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu sebesar USD2,83 miliar.
Menurut Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik, laba perseroan seharusnya bisa lebih tinggi dibandingkan tahun lalu karena harga minyak dunia terus mengalami peningkatan. Namun, harga bahan bakar minyak perseroan tidak naik.
“Kami bisa mencatatkan laba USD2,83 miliar. Seharusnya kami itu untungnya masih USD3,05 miliar atau sekitar tujuh persenan,” katanya dalam konferensi pers yang dirilis media baru-baru ini.
Seperti diketahui, harga BBM sejak April 2016 tak berubah, yakni masih tetap Rp 6.550 per liter (Jamali) dan Rp 6.450 per liter (luar Jamali). Selain premium, harga solar juga tidak berubah. Padahal, harga minyak dunia terus mengalami kenaikan.
Sebagaimana dirilis laman KONTAN, Direktur Pemasaran Pertamina Muchamad Iskandar mengatakan, sejak tahun lalu harga solar tetap di harga Rp 5.150 per liter. Begitu juga dengan harga premium. Padahal, saat itu, harga minyak dunia hanya US$ 37 per barel. Saat ini, harga minyak dunia sudah nyaris US$ 60 per barel dan harga solar masih tetap Rp 5.150 per liter.