Idul Fitri Masih Berbeda, Buat Kriteria Penetapan Awal Kalender Hijriah

Meski pemerintah dan seluruh ormas Islam sudah sepakat menetapkan awal Ramadhan jatuh pada Kamis, 13 September. Namun, kemungkinan untuk antara ormas-ormas Islam terdapat perbedaan dalam menetapkan awal Syawal 1428 Hijriah.

Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni meminta, seluruh ormas Islam berkumpullagi, untuk mencari kesepakatan dalam menetapkan awal Syawal. Dan sidang itsbatpenentuan Idul Fitrirencananya akan digelar 11 Oktober mendatang, atau bertepatan dengan akhir Ramadhan.

"Kita sudah punya pengalaman perberdaan awal Syawal seperti tahun lalu, harapannya kalau tidak terjadi kesamaan, jangan itu dijadikan modal untuk pertentangan, "ujarnya seusai sidang Itsbat penetapan awal puasa, di Kantor Departemen Agama, Jakarta, Selasa malam.

Menurutnya, keputusan awal Syawal yang dikemukakan oleh berbagai ormas Islam harus dianggap sesuatu yang wajar, karena setiap ormas Islam memiliki metode yang berbeda dalam menetapkan awal bulan.

Oleh karena itu, Menteri Agama meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk membuat kriteria standar penentuan awal Ramadhan dan Syawal. Sebab sebagai majelis yang mewadahi ulama dari semua organisasi masyarakat Islam, MUI dinilai bisa menjadi fasilitator semua kepentingan umat.

"Itu yang baru kita bicarakan, saya kira nanti MUI yang akan menanganinya. Karena kami belum tahu seperti nanti kriterianya, karena itu Majelis Ulama yang nantinya menetapkan, "jelasnya.

Senada dengan itu, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin mengatakan, adanya perbedaan dalam penentuan awal Syawal itu karena masing-masing organisasi Islam memiliki perbedaaan kriteria.

Di mana lanjutnya, Muhammadiyah menentukan awal Syawal jika sudah ada wujudul hilal meskipun hanya sebagian, sedangan Persatuan Islam (Persis) wujudul hilal harus dilihat diseluruh Indonesia, sementara NU awala bulan terjadi jika hilal sudah mencapai minimal 2 derajat.

Ia menyambut baik upaya pemerintah menggunakan teknologi informasi dalam penetuan awal Ramadhan, meskipun penggunaan teknologi ini belum menjamin menghilangkan perbedaan dalam menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri.

Sementara itu, Kepala Observatorium Bosscha Bandung Muji Raharto menilai peluang adanya perbedaan dalam penetuan awal Ramadhan dan Syawal itu, karena belum ada definisi hilal yang jelas.

"Karena itu, saya meminta agar definisi hilal itu disepakati terlebih dahulu, "imbuhnya. (novel)