Ketua MUI KH. Ma’ruf Amin mengusulkan kepada Wakil Presiden M. Jusuf Kalla untuk mencari alat teropong hilal yang berteknologi tinggi, untuk meminimalisir perbedaan dalam menentukkan awal Ramadhan dan 1 Syawal, karena alat tersebut mampu mendeteksi hilal sekecil mungkin.
"Sekarang yang bisa melihathanya dua derajat ke atas, sehingga terjadi perbedaan itu pada posisi ketinggian hilal. Ada yang menganggap tanggal 12 itu hari raya, karena hilal sudah wujud, sedangkan mungkin mengambil tanggal 13 itu karena hilal, tinggi hilalnyadi bawah satu belum terrukyat karena itu ber-Lebaran jatuh pada hari berbeda. Andaikata ada satu alat yang canggih yang dapat melihat hilal mungkin satu derajat bisa terlihat, maka kemungkinan hari raya bersamaan, "katanya dalam jumpa pers, di Sekretariat MUI, Jakarta, Rabu(10/10).
Meski untuk hari raya Idul Fitri 1428H ini masih terdapat perbedaan, Menurutnya, MUI akan berupaya mencari jalan tengah untuk membantu penyatuan dalam penetapan hari raya Idul Fitri dimasa mendatang.
Pada tahunitu terjadi akan perbedaan di mana PP Muhammadiyah telah menetapkan hari raya Idul Fitri jatuh pada 12 Oktober, Ma’ruf meminta, kepada umat Islam diharapkan untuk bersikap dewasa, saling menghormati menjaga Ukhuwah, tidak saling menyalahkan dan tidak saling mengejek.
"Biarlah perbedaan itu sebagai sesuatu yang kita terima, walaupun kita terus berusaha untuk mencari jalan yang sebaik-baiknya supaya bisa kita satukan, "tukasnya.
Mengenai Keputusan MUI tentang Idul Fitri, Ia menjelaskan, sesuai dengan fatwa pada tahun 2003 sesuai Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa MUI waktu itu, bahwa sistem penetapaan 1 Syawal berdasarkan pada rukyat dan hisab, sedangkan yang berhak menetapkan itu pemerintah melalui Sidang Itsbat.
"Nah artinya kalau pemerintah sudah menetapkan dalam sidang itsbat yang dihadiri oleh MUI dan ormas-ormas Islam pada 11 Oktober besok, semua harus mengikuti, itu keputusan MUI, "imbuhnya.(novel)