Meski belum menghasilkan kesepakatan tentang persamaan dalam menentukan awal penanggalan kalender hijriah. Dialog yang digelar oleh ulama Falaqiyah Nahdlatul Ulama dan Majelis TarjihMuhammadiyah menghasilkanempatpointkesepakatan. Pertama, NU dan Muhammadiyah akan menggelar pelatihan falakiyah bukan hanya ilmuwan, tetapi juga diperuntukan bagi pimpinan ormas. Kemudian kedua ormas itu, akan merekomendasikan untuk menyusun sebuah kalender hijriah yang yang mandiri, yang tidak tergantung dengan kalender masehi.
"Diusahakan kalender hijriah tidak lagi tergantung dengan kalender masehi yang selam ini disusun, karena itu NU dan
Muhammadiyah akan menyusunnya bersama, "jelas Dirjen Bimas Islam Depag Nazaruddin Umar selaku moderator dalam acara Dialog NU-
Muhammadiyah, di Gedung PBNU, Jakarta, Selasa(2/10).
Selain itu, lanjutnya untuk memperkenalkan sistem penanggalan Islam kepada umat Islam, perlunya adanya pengenalan kalender
hijriah melalui kurikulum pendidikan terutama untuk di Pesantren maupun sekolah agama, sehingga secara dini umat Islam mengetahui apakah yang dimaksud hisan dan rukyat itu.
"Perlu ada dasar hukum formal untuk kalender hijriah di Indonesia, mengingat saat ini banyak lembaga-lembaga syariah
yang bermunculan di Indonesia, "imbuhnya.
Nazar menyatakan, dari hasil pertemuan ini PBNU belum bisa menentukan kapan waktu jatuhnya 1 Syawal 1428 Hijriah, karena masih akan melakukan proses rukyat, sedangkan Muhammadiyah dalam maklumat yang dikeluarkan sudah memutuskan tanggal 12 Oktober sebagai hari raya Idul Fitri.
Sedangkan pemerintah tetap akan melaksanakan sidang itsbat untuk menentukan akhir Ramadhan pada 11 Oktober mendatang.
Menanggapi hasil pertemuan itu, Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi menyatakan, dialog antara NU dan Muhammadiyah ini sangat penting untuk persatuan umat Islam, namun apabila masih terdapat perbedaan jangan dijadikan suatu pertentangan.
"Secara pribadi kadang-kadang saya merasa malu sebagai umat Islam, orang-orang barat sudah pergi ke Bulan, kita masih ribut soal melihat bulan, "tukasnya.
Sementara itu, Anggota Majelis Tarjih PP Muhammadiyah Abdul Fattah Wibisono menyambut baik apapun hasil kesepakatan yang diperoleh pada pertemuan pertama tersebut, dan untuk ke depan Muhammadiyah akan membawa hasil-hasil yang diperoleh dalam dialog bersama NU ke musyawarah nasional pengurus pusat.
"Kami sangat gembira, niat kami tulus ikhlas untuk mencari titik temu persamaan dalam penentuan penanggalan hijriah ini, ‘imbuhnya.
Dialog silaturahmi antara NU-Muhammadiya yang digelar tertutup selama 2 jam setengah ini, selain dikuti oleh para ulama ahli kedua ormas tersebut, secara langsung dipantau oleh Menteri Agama M. Maftuh Basyuni. Dan untuk pertemuan lanjutan akan diadakan di PP Muhammadiyah setelah hari raya IdulFitri.(novel)