ICIS III Jadi Rekomendasi Upaya Penyelesaian Konflik di Negara Islam

Hasil kesepakatan dalam forum International Conference of Islamic Scholars (ICIS) III di Hotel Borobudur, Jakarta pada 29 Juli hingga 1 Agustus mendatang akan menjadi rekomendasi upaya rekonsiliasi konflik di sejumlah negara Islam.

Karenanya, pada pertemuan para ulama dan cendekiawan muslim se-dunia bentukan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu, akan diupayakan penyamaan pandangan di antara umat Islam di dunia tentang konflik itu sendiri.

Hal itu dikatakan Ketua Umum PBNU yang juga Sekretaris Jenderal ICIS KH Hasyim Muzadi didampingi Menteri Luar Negeri (Menlu) Hassan Wirajuda kepada wartawan, di Kantor PBNU, Jakarta, Jumat (25/7).

Hasyim menjelaskan, rekomendasi yang dimaksud dapat digunakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lembaga-lembaga dunia lainnya atau pihak-pihak di sejumlah negara Islam yang sedang berkonflik.

Menurutnya, rekomendasi itu diperlukan karena selama ini belum ada kesamaan persepsi di kalangan umat Islam di dunia tentang konflik yang terjadi. Selain itu, pandangan orang non-muslim sendiri terhadap Islam juga berbeda-beda. Hal itulah yang menjadi salah satu sebab bahwa beberapa konflik di negara Islam belum terselesaikan.

"Selama ini, persamaan persepsi itu belum ada, baik di antara umat Islam sendiri atau orang non-Islam terhadap Islam. Maka, salah satunya muncul penilaian bahwa yang ‘menyerang’ itu disebut teroris dan yang ‘diserang’ kemudian melawan disebut ekstrimis, " jelas Hasyim.

Senda dengan itu, Menlu Hassan Wirajuda mengatakan, ICIS yang digelar untuk ketiga kalinya itu juga berfungsi sebagai bagian dari jalur diplomasi informal bagi pemerintah Indonesia untuk turut menciptakan perdamaian dunia.

Sebab, menurut Hassan, pemerintah tak bisa hanya mengandalkan jalur diplomasi formal. Seluruh komponen bangsa, dalam hal ini organisasi kemasyarakatan Islam seperti NU dan Muhammadiyah, juga harus dilibatkan.

"Ini (ICIS) bisa menjadi second track diplomacy (diplomasi melalui jalur non-pemerintah). Tidak bisa kita hanya mengandalkan first track diplomacy (diplomasi melalui jalur pemerintah, " katanya.

Sebagai forum forum dunia bentukan NU, ujarnya, ICIS dapat juga mewakili kelompok Islam moderat yang saat ini diperlukan di dunia Islam. Karena itu, dirinya berharap ICIS dapat diselenggarakan secara berkelanjutan.

Irak Lepaskan Tahanan

Menjelang pelaksanaan International Conference of Islamic Scholars (ICIS) III, dalam dua pekan terakhir pemerintah Irak telah melepaskan sejumlah tahanan. Hal itu dilakukan sebelum Wakil Presiden Irak Tareq Al-Hashimi menghadiri forum yang diprakarsai Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta pada 29 Juli hingga 1 Agustus nanti. Hal tersebut diungkapkan Ketua Panitia Pelaksana ICIS III, Masykuri Abdillah.

Meski demikian, Masykuri tak menjelaskan alasan pasti dan berapa jumlah tahanan yang dilepaskan. Namun, menurutnya, ada kemungkinan para peserta ICIS III dari Irak, termasuk Tareq Al-Hashimi, khawatir jika nantinya ditanya seputar masalah tahanan pemerintah Irak.
"Mungkin takut ditanya, pemerintah Irak sekarang sudah menangkap (dan menahan) berapa orang. Jadi, beberapa sudah dilepaskan walaupun tidak disebutkan alasannya, " kata Masykuri.

Forum konferensi para ulama dan cendekiawan muslim se-dunia yang sekitar 350 orang peserta dari 70 negara. Dengan para pembicara dari luar negeri sebanyak 53 orang, dan dari dalam negeri sebanyak 21 orang.

Selain itu, dipastikan pula hadir Perdana Menteri Malaysia yang juga Sekretaris Jenderal Organisasi Konferensi Islam (OKI) Abdullah Ahmad Badawi. Ia akan menjadi pembicara utama dalam konferensi tersebut.

Mengenai kehadiran Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad, Ahmadinejad masih berkeinginan menghadiri forum Konferensi Ulama dan Cendekiawan Muslim se-Dunia (International Conference of Islamic Scholars/ICIS) III yang digelar di Jakarta pada 29 Juli hingga 1 Agustus nanti.(novel)