HTI Tolak Kedatangan Obama

Sekitar 15 ribu anggota dan simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Ahad (7/11), berunjuk rasa menolak kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Indonesia 9-10 November mendatang. Obama adalah pemimpin negara penjajah sehingga tidak layak diterima sebagai tamu.

Mereka bergerak dari depan Istana Merdeka Jl Merdeka Utara menuju ke depan Kedubes AS di Jl Merdeka Selatan. Sebelumnya beberapa orator menyampaikan orasinya. Mereka mengecam sikap pemerintah Indonesia yang terus menerus menjadi antek Amerika.

Peserta aksi membawa bendera Islam: Al Liwa dan Ar Raya, serta berbagai poster. Bunyinya antara lain: ‘Kemitraan komprehensif=alat penjajahan, batalkan’; ‘Batalkan kemitraan komprehensif’; ‘Hentikan penjajahan, tegakkan khilafah’. Juga ada banyak spanduk di antaranya ‘Tolak obama, batalkan kemitraan komprehensif, tegakkan khilafah’, ‘Obama comes, imperialist wins.’ Sambil berjalan mereka meneriakkan yel-yel: ’Tolak-tolak-tolak Obama, tolak Obama sekarang juga.’

Juru bicara HTI M Ismail Yusanto menjelaskan acara masirah ini merupakan wujud kepedulian kaum Muslim terhadap saudara-saudara mereka di seluruh dunia khususnya di negara-negara yang kini dijajah Amerika seperti Irak dan Afghanistan. Di samping itu, acara ini sekaligus menjadi wahana solidaritas bagi korban bencana yang melanda Indonesia. Karenanya, di sela-sela acara utama menolak Obama, panitia menggalang dana bagi korban bencana alam. Terkumpul Rp 50 juta lebih.

Kunjungan Obama kali ini bertujuan menandatangani Kerja Sama Kemitraan Komprehensif (Comprehensif Partnership) Indonesia-AS, yang diyakini pemerintah akan menjadi landasan kokoh bagi peningkatan hubungan AS dan Indonesia di masa mendatang.

Padahal, menurut Ismail, kunjungan Obama tidak lain untuk mengokohkan kepentingan politik dan ekonomi AS di negeri ini. Indonesia adalah negara yang sungguh penting buat AS. Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia. Kaya sumberdaya alam, khususnya energi. Banyak perusahaan AS khususnya di bidang migas dan pertambangan yang beroperasi di Indonesia.

”Kunjungan Obama ke Indonesia untuk memastikan bahwa Indonesia tetap dalam orbit pengaruhnya. Secara politik tetap menganut sistem dan ideologi sekuler. Dan secara ekonomi, kepentingan ekonomi AS tetap terjaga,” katanya.

Ia menegaskan, Kerja Sama Kemitraan Komprehensif membuka jalan bagi Penjajahan Komprehensif. Penandatangangan ini tak pelak bakal menimbulkan bencana yang lebih dahsyat lagi, yakni makin kokohnya penjajahan AS atas negeri ini.

Ismail mengingatkan, Obama adalah presiden dari sebuah negara yang saat ini jelas-jelas tengah menjajah negeri Muslim, seperti Irak dan Afghanistan. AS juga terus menyerang wilayah perbatasan Pakistan dan Afghanistan. Akibatnya, negara-negara itu kini hancur berantakan. Bukan hanya secara fisik, tapi juga secara sosial, politik, ekonomi dan budaya. Lebih dari 1 juta rakyat Irak tewas di tangan Amerika. Ratusan ribu warga Afghanistan pun dibantai tentara AS, dan kini negara adidaya itu justru menambah pasukannya di sana. ”Obama tangannya berlumuran darah kaum Muslimin, dan dia sama dengan Bush,” tandasnya.

Karenanya, HTI menolak kehadiran Obama ke Indonesia karena dialah pemimpin negara penjajah yang kini sedang memusuhi umat Islam. Dalam pandangan syariat Islam, AS termasuk kategori muhariban fi’lan atau negara yang dalam status memerangi umat Islam secara de facto. ”Presiden dari sebuah negara seperti itu tidak layak untuk diterima sebagai tamu,” kata Ismail. Apalagi Indonesia menentang segala bentuk penjajahan di atas dunia.

HTI menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk sungguh-sungguh berjuang mewujudkan kehidupan Islami yang di dalamnya diterapkan syariah Islam di bawah naungan Khilafah. Hanya dalam kehidupan seperti itu saja, izzul Islam wal muslimin termasuk perlindungan terhadap negeri-negeri Muslim dan harkat, martabat serta kehormatan umat Islam bisa diwujudkan.

Aksi serupa berlangsung di beberapa kota di Indonesia sejak Jumat (5/11) hingga Senin (8/11). Sehari sebelumnya sekitar 1.500 ulama yang difasilitasi HTI mengadakan pertemuan nasional ulama di Surabaya pada Sabtu (6/11). Mereka sepakat menolak kedatangan Obama berdasarkan argumentasi syariat dan fakta empiris. (mujiyanto/hti)