Puluhan ribu massa dari organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesia serta gabungan beberapa ormas Islam dan parpol Islam Ahad pagi (5/3) melakukan aksi damai menolak dominasi Amerika Serikat, yang bertajuk aksi sejuta umat di depan Kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jln Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto menegaskan aksi yang digelar serentak di seratus kota di Indonesia ini, dalam rangka memperingati 82 tahun perjuangan penegakan khilafah Islam yang sejak runtuhnya 3 Maret 1924, dunia Islam kehilangan payung yang menjadi penjaga dan pelindung kemaslahatan umat.
"Kami ingin mengingatkan umat Islam tentang kewajiban yang penting, yaitu mewujudkan kembali Islam dan umatnya kedalam bentuk khilafah Islamiyah dan penerapan syariah," tandasnya ditemui disela-sela aksi.
Menurutnya, digelarnya aksi ini bertujuan untuk menunjukan kepada seluruh umat Islam khususnya di Indonesia, bahwa selama ini Amerika Serikat merupakan satu-satunya kekuatan yang selalu berusaha mengacak-acak dunia Islam dan penyebab ketidakadilan tata kehidupan didunia, hal ini dibuktikan dengan munculnya konflik seperti di Afganistan, Palestina, temasuk saat ini di Indonesia dalam kasus Freeport dan Pengelolaan Blok Cepu.
Sementara itu dalam orasinya, Wakil Ketua DPRRI Zaenal Maarif mengingatkan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono- Jusuf Kalla agar tidak takut dengan segala bentuk ancaman yang dilancarkan oleh pemerintahan AS yang mengutamakan kepentingan negaranya.
"AS adalah hantu yang terkadang menakut-nakuti kita, kamu tidak perlu takut melakukan sesuatu untuk menghentikan keinginan AS, kembalikan Blok Cepu," teriak politisi Partai Bintang Reformasi.
Aksi yang dimulai sejak pukul 08.30 telah menyebabkan jalur busway dan lajur kiri jalan didepan kantor kedubes ditutup, dan peserta aksi bergerak mulai dari Lapangan Parkir IRTI di Monas. Aksi diisi oleh orasi-orasi dari berbagai tokoh ormas Islam dan parpol Islam, antara lain, KH. M. Mahmud Yunus dari Gema Persaruan Muslim Tionghoa, Ust. Muzakir dari Front Pembela Islam Solo, Habib Faiz Alatas dari FPI Jakarta, Ahmad Zakasih dari Forum komunikasi Syariah, Dr. Jose Rizal Jurnalis (BSMI), serta Ust. Dicky Chandra dari Yayasan Ari Matea.(novel)