Gelombang aksi protes terhadap penayangan film "Fitna" garapan Geert Wilders terus bergulir. Selasa(1/4) siang, Kantor Kedubes Belanda, Kuningan, Jakarta, kembali didatangi oleh massa ormas Islam, mereka dari Hizbut Tahrir dan Gerakan Pemuda Islam (GPI). Puluhan anggota ormas Islam itumengutuk keras film yang telah menghina umat Islam.
"Kalau kita melihat Film Fitna ini sangat bertolak belakang, dan itu artinya ini ketidakpahaman mereka. Bahwa Islam dan Al-Quran sebagai petunjuk, kabar gembira dan peringatan, akan tetapi kebanyakan dari manusia tidak tahu, termasuk Geert wilders ini, tidak mengetahui bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, " tegas Anggota DPP Hizbut Tahrir Indonesia Wahiduddin dalam orasinya, di sela-sela aksi.
Ia menegaskan, bisa dilihat hasilnya sekarang ketika dunia diatur bukan dengan sistem Allah, tetapi menggunakan sistem sekuler, sistem liberal, sistem kapitalisme, negeri terbesar muslim seperti Indonesia, seluruh kekayaan alam, baik air hutan, mupun energi dikuasai oleh asing.
Sementara itu, salah satu Tokoh Peduli Syariah M. Marsi mengatakan pembuatan film Fitna ini seharusnya menjadi pelajaran bagi dunia bahwa peradaban saat ini yang milik negara barat, bukanlah untuk menghina umat muslim.
Marsi mencurigai, apa yang dilakukan Geert adalah langkah untuk memecah belah umat muslim di dunia. "Mereka bukan orang bodoh, mereka orang pintar dan kami sangat tahu itu, " tukasnya.
Akibat aksi ini, ruas jalan dari Mampang-Kuningan menjadi tersendat. Pasalnya aksi ini menarik perhatian pengendara sehingga mereka memelankan kendaraan. Sementara puluhan polisi tampak menjaga ketat, Kedubes Belanda.
Tujuh orang perwakilan pengunjuk rasa di antaranya, Juru Bicara HTI M.Ismail Yusanto, M.Al-Khaththath, Rahmat Kurnia, Anwar Iman, dan juga Hafidz Abdurrahman bertemu dengan Duta Besar Belanda Nicolas Van Dam. Menanggapi aksi demonstrasi yang digelar ditanah air, Dubes Belanda seakan ingin cuci tangan, Nicolas mengatakan bahwa demonstrasi yang digelar di kantornya salah alamat.
"Alamat (demo) yang tepat bukan kepada kami, " ujar juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto mengulang ucapan Nicolas, di depan Kedutaan Besar Belanda, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta.
Namun, lanjutnya, pernyataan itu segera dibantahnya, bahwa Dubes tidak bisa mengelaknya, karena Wilders adalah warga negara Belanda.
Dalam pertemuan itu, perwakilan HTI menyampaikan beberapa aspirasi terkait dengan peredaran film anti Islam yang telah melukai umat Islam di dunia. " Kami meminta agar penghinaan tidak terjadi lagi, itu adalah preseden buruk dan bukti pemerintah Belanda tidak tegas, " tandas Ismail Yusanto. (novel)