Selain pengorbanan yang diberikan oleh Sultan Syarif Kasim II, HNW, juga menunjuk peran dan jiwa besar tokoh Islam yang tergabung tim sembilan dalam menentukan dasar negara Indonesia.
Selain itu, peran tokoh Partai Islam Masyumi, Mohamad Natsir dalam mengembalikan bentuk negara dari Republik Indonesia Serikat (RIS) menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) juga disorot HNW.
“Jadi jasa umat Islam dalam memerdekakan Indonesia ini sangat besar. Maka Hidayat Wahid sangat setuju dengan ungkapan Bung Karno yang mengatakan, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (jas merah). Dalam konteks peran umat Islam, jangan sekali-kali hilangkan jasa umat (jas hijau),” jelasnya.
Lebih lanjut Hidayat menjelaskan, MPR menyelenggarakan sosialisasi ini tujuannya untuk mengingatkan, jangan sampai negara indonesia ini terpecah belah seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
“Kalau Indonesia sampai terpecah, nggak bisa dibayangkan akan melahirkan tragedi yang sangat besar,” ujar dia.
Kegiatan sosialisasi ini ditujukan kepada semua pihak untuk mengenalkan beragam hal. Bak pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Supaya sayang maka Indonesia perlu dikenalkan. Seperti “Bumi Lancang Kuning” Riau, misalnya, lahir pengorbanan yang besar. “Kalau sudah kenal makan akan sayang,” katanya.
Pada kegiatan sosialisasi di Pondok Pesantren Al Ihsan Boarding School, selain Hidayat Nur Wahid, juga tampil sebagai narasumber adalah anggota MPR/DPR dari dapil Riau Drs. Chairul Anwar.[kk/rakyatmerdekaonline]