Pro kontra kedatangan Presiden AS George W. Bush sebenarnya tak perlu terjadi bila pemerintah bersikap tegas dan menerima aspirasi mayoritas masyarakat Indonesia.
Menurut Humas Hizbut Tahrir Indonesia Mujiyanto, kedatangan Bush adalah keinginan pemerintah Indonesia sendiri. "Ini memang didasarkan pada kehendak Indonesia. Hal ini diakui Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengatakan, "Insya Allah Bush akan datang pada November. Itu sudah diatur sendiri oleh Departemen Luar Negeri," ujar Mujiyanto kepada pers, di Jakarta, Kamis (16/11) mengutip pernyataan Wapres Jusuf Kalla.
Tampaknya, katanya, ada sesuatu yang ditutup-tutupi oleh Pemerintah Indonesia. Juru Bicara Kepresidenan Andi Malarangeng dan Dino Patti Djalal selalu menutup mulut rapat-rapat ketika ditanyai soal itu.
Bahkan, sambung dia, Duta Besar Amerika Serikat B. Lynn Pascoe yang berkunjung ke kantor Wakil Presiden mengaku, tidak ada yang bisa dikatakan soal kunjungan Bush ke Indonesia. Pembicaraan bersifat rahasia, artinya pembicaraan urgent, tetapi tidak boleh diketahui oleh masyarakat.
Ia menambahkan, sikap serupa dilakukan Menteri Luar Negeri Indonesia Hassan Wirajuda yang mengatakan, "Pertemuan akan mendorong kerjasama bilateral Indonesia dan AS lebih luas, terutama di bidang yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat, misalnya upaya pencapaian Millenium Development Goals berupa pengurangan kemiskinan, pelayanan kesehatan, dan pendidikan.
Bahkan, Menhan Juwono Sudarsono, dan Juru bicara Andi Mallarangeng mengungkapkan hal senada, bahwa kedatangan Bush di Indonesia sama sekali tidak akan menyinggung masalah politik dan militer. (dina)