Eramuslim.com – Pilihan PDIP mengusung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Pilgub DKI 2017 didasari sejumlah perhitungan dan kalkulasi politik. Bahkan, kalkulasi politik terburuk sudah diperhitungkan parpol yang dipimpin Megawati Soekarnoputri ini.
Kepada intelijen (27/09), pengamat politik Ahmad Baidhowi membeberkan sejumlah kalkulasi politik di balik pilihan PDIP pada Ahok. “Ketum PDIP Megawati sebetulnya sedang berjudi begitu pilihan jatuh ke Ahok,” tegas Baidhowi.
Menurut Baidhowi, Megawati sudah memperhitungkan posisi PDIP jika Ahok menang ataupun kalah di Pilkada DKI 2017. “Seperti judi, jika Ahok menang bisa menguntungkan dan merugikan PDIP. Namun, jika Ahok kalah, suara PDIP semakin tenggelam,” ungkap Baidhowi.
Jika dalam perjudian itu Ahok kalah, kata Baidhowi, PDIP tidak mempunyai peran di Pemilu 2019. “Kalau PDIP kalah di Pilkada DKI 2019, kemungkinan suara PDIP di Pemilu 2019 akan turun,” kata Baidhowi.
Baidhowi menilai, jika Ahok menang, tentunya PDIP akan mendapatkan keuntungan finansial. “Tentunya ada dana yang mengalir ke PDIP, itu konsekuensi dalam realitas politik,” ungkap Baidhowi.
Lebih lanjut Baidhowi mengungkapkan skenario Megawati, jika di tengah masa jabatannya Ahok menjadi tersangka kasus korupsi. “Ahok jadi tersangka, Djarot naik. Kalau Djarot naik menggantikan Ahok, keuntungan besar buat PDIP, karena kader aslinya menjadi orang nomor satu di Jakarta,” papar Baidhowi.(jk/intjn)