Suasana kantor Departemen Luar Negeri sejak Rabu (18/2) pagi sudah mulai berbeda, dihalaman belakang sekitar puluhan anggota TNI/Polri melakukan apel untuk persiapan pengamanan lokasi tempat kedatangan Menteri Luar Negeri AS Hillary Rodham Clinton. Dijadwalkan Hillary akan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, kedatangan langsung disambut oleh murid Sekolah Dasar Negeri 01 Menteng. Untuk selanjutnya, pada sore harinya selama satu jam mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, di Gedung Pancasila, Departemen Luar Negeri.
Direktur Informasi dan Media Departemen Luar Negeri RI Suhardjono Sastromiharjo mengatakan, sekitar 180 wartawan nasional dan mancanegara diperkirakan akan hadir di Deplu guna meliput joint press conference Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dan Menlu Hassan Wirajuda.
"Kami akan memberikan izin meliput kepada mereka yang sudah mendaftar, sedangkan bagi yang tidak memiliki kartu identitas itu, pihak Deplu menyediakan layar LCD, yang akan terhubung langsung dengan kegiatan joint press conference itu," jelasnya.
Konferensi pers bersama itu, akan digelar setelah kedua Menlu mengadakan pertemuan, dan diperkirakan hanya dilakukan selama 20 menit yang dibuka dengan pernyataan resmi kedua menlu diikuti sesi tanya jawab. Selama sesi tanya jawab, hanya dua media nasional dan internasional saja yang diizinkan mengajukan pertanyaan. Waktu yang singkat itu menjadi alasan kenapa sesi tanya jawab dibatasi, karena setelah itu Hillary harus melanjutkannya ke Gedung ASEAN.
Kedatangan tokoh AS memang kerap kali dikeluhkan para wartawan, selain pengamanannya yang sangat berlebih, wartawan merasa ruang bertanya sangat dibatasi untuk mengeksplore isu-isu yang berhubungan erat dengan AS.
Bukan hanya itu, dalam tradisi menyambut tamu penting dari AS sering kali, masyarakat juga ikut terkena dampaknya. Karena tak jarang terjadi pengacakan sinyal telepon seluler, sehingga komunikasi terganggu. (novel)