Film ‘Fitna’ buatan anggota parlemen Belanda Geert Wilders yang sangat anti terhadap Islam dan Al-qur’an dapat mengorek luka lama masyarakat muslim di Indonesia, yaitu penjajahan selama 3, 5 abad yang pernah dilakukan Belanda terhadap Indonesia.
"Seharusnya Belanda paham betul bahwa mereka tidak perlu menambah ataupun mengorek luka lama lagi. Mereka harus belajar dari penjajahan yang mereka lakukan. Sudah seharusnya Belanda berpihak kepada kemanusiaan, " kata Ketua MPR Hidayat Nurwahid kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (28/3).
Hidayat mensinyalir film berdurasi 15 menit itu ditujukan untuk memprovokasi dan mengadu domba antar agama di dunia. Tapi bisa saja, film ini hanya ditujukan untuk mencari sensasi belaka.
"Saya sepakat dengan Pak Hasyim (Ketua PBNU), menyesalkan adanya film itu. Saya juga meminta agar tidak diputar, karena akan menimbulkan masalah yang tidak perlu, " pungkasnya.
Lebih lanjut Ia mengatakan, pemerintah Belanda harus bersikap tegas terhadap film itu, dan tidak berlindung di balik kebebasan berekspresi yang menyinggung dan mendiskreditkan nilai-nilai agama.
Hidayat meminta agar pemerintah Belanda untuk menghentikan peredaran film fitna. "Kita minta film itu tidak diputar lagi, karena justru akan menjadi fitnah bagi umat Islam, " imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai, peredaran film yang menghina umat Islam ini, menunjukkan sikap barat tang tidak siap berdemokrasi.
"Film ini menunjukkan sikap barat yang tidak siap berdemokrasi dan ternyata barat tidak sungguh-sungguh mengembangkan demokrasi yang selalu didengung-dengungkannya, " katanya.
Karenanya, PP Muhammadiyah menolak penanyangan film yang telah merusak kebebasan berekspersi, menghina dan mendiskreditkan Islam itu.(novel)