Keteladan Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang populer dikenal Buya Hamka sudah tidak perlu disangsikan lagi. Mempunyai komitmen yang kuat menghadirkan sebuah pemikiran yang kemudian diterapkan secara konsisten dalam kehidupan, hendaknya menjadi semangat para pemimpin ormas Islam maupun pemimpin partai politik dan juga pemimpin informal. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua MPRRI Hidayat Nurwahid usai menghadiri acara puncak peringatan 100 tahun Buya Hamka, di Aula Buya Hamka, Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Senin (7/4).
"Buya Hamka adalah tokoh yang bisa hidup berpegang dalam prinsip,
beliau berani mengambil keputusan tegas, saya kira itu yang penting ditegaskan kembali, " ujarnya.
Menurutnya, dengan berpegang pada prinsip itu Ulama kelahiran Sungai Batang, Sumatera Barat, 16 Februari 1908 dapat menghasilkan karya-karya besar, salah satunya adalah tafsir Al-Azhar, serta beberapa karya sastra terlaris "Di Bawah Lindungan Ka`bah" dan "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk."
Hidayat menjelaskan, karya nyata yang muncul dari pemikiran Buya Hamka diperolehnya dari proses peningkatan kualitas diri, dengan cara membaca, mendengar masukan dari berbagai pihak, dan yang terpenting karya itu tidak hanya sekedar wacana.
"Itu penting untuk dijadikan contoh pembelajaran, sehingga tidak terjadi pengulangan kegagalan yang mebuat oarng apatis, kalau dilanjutkana akan menenggelamkan bangsa ini, " katanya.
Mengenai konteks kepemimpinan Indonesia dimasa datang yang memiliki karakter seperti Hamka, Ia menyatakan, UU tidak mengatur calon presiden itu harus mirip dengan tokoh manapun.
Hidayat mengatakan, semua dapat meniru perjuangan yang dilakukan Buya Hamka, meskipun tidak ada yang bisa sama persis.
Namun, lanjutnya, yang perlu diingat, Hamka merupakan tokoh yang berani tidak populer dan tidak mengikuti trend yang terkadang justru menyesatkan.
"Kalau sekarang sedang populer korupsi, itu tidak benar. Jangan takut berprinsip, dan terus berkreasi, " imbuhnya.
Sementara itu, KH. Said Agil Shiraj mengatakan, Buya Hamka itu bukan hanya ulama yang mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi membentuk pole tertentu yang khas.
"Buya Hamka sangat pandai, tidak ada yang bisa meninggalkan pengaruhnya, pola pikirnya selalu ada yang mengikuti, " ujarnya.
Menurutnya, perilaku yang diterapkan Hamka mengikuti ajaran Rasulullah SAW, di mana tidak hanya mengajarkan rukun Islam, rukun Iman saja, tetapi semua bidang kehidupan. (novel)