Kematian Umar al-Faruk wakil pimpinan jaringan al-Qaidah yang masih menjadi misteri itu, disinyalir merupakan salah satu politik Amerika Serikat dan Inggris, untuk mendongkrak popularitas kekuasaan pemimpin yang tengah berkuasa menjelang pemilihan umum.
Ketua MPRRI Hidayat Nurwahid mengungkapkan hal tersebut sebelum meninggalkan Gedung DPR/MPRRI, Rabu (27/9). "Itu bagian dari propaganda politik untuk menampilkan perang melawan terorisme yang sampai saat ini masih berjalan, dan menurutnya mereka telah berhasil membunuh teroris itu."
Hidayat mempertanyakan tanggung jawab Amerika Serikat terhadap tawanannya, yang katanya telah ditahan di tempat yang ketat seperti Bagram, Afganistan.
"Bagaimana mungkin koq Umar al-Faruk bisa lepas, sampai ke Basrah, gak mungkin ia naik pesawat, naik onta juga susah, apa mungkin dia punya ilmu siluman bisa menghilang," tukasnya.
Untuk membuktikan kebenaran bahwa yang tewas tersebut adalah Umar al-Faruk, adalah dengan mengembalikan jenazahnya ke Indonesia. Meski masih menjadi kontroversi, pengembalian itu menjadi tanggung jawab AS sebagai pihak yang telah menawannya.
Ia memandang hal yang wajar jika Isteri Umar al-Faruk meminta jenazah suaminya dipulangkan ke Indonesia, tetapi semua itu tergantung proses hukum di tempat penahannya.(novel)