Dalam salah satu foto terlihat Jokowi sedang berbicara, dan Anies yang berdiri di sebelah kanannya sedang mendengarkan, dengan tangan kiri seolah terkesan bertolak pinggang. Foto ini diberi komentar seolah Anies tidak tahu menempatkan diri, dan berlaku tidak sopan kepada seorang Presiden.
Foto yang telah diberi caption tersebut disebar ke berbagai group pertemanan dan kemudian menimbulkan reaksi yang beragam. Para pendukung Jokowi beramai-ramai mengomentari dan menghujat Anies. Sementara pendukung Anies, maupun yang kontra Jokowi berkomentar sebaliknya.
Strategi PR yang tampaknya sudah dirancang sangat baik itu berjalan tidak sesuai dengan skenario awal. Target merangkul para pendukung Anies dan the Jakmania menjadi mentah.
Di medsos berbagai tulisan tentang rivalitas antara Jokowi dengan Anies bermunculan. Banyak yang mengingatkan Anies bagaimanapun adalah figur yang tidak disukai Jokowi. Sebagai Mendiknas yang punya reputasi sangat baik, dia diberhentikan oleh Jokowi ditengah jalan. Ada yang menduga pemberhentian Anies karena khawatir munculnya matahari kembar.
Insiden di GBK mengingatkan kembali publik adanya rivalitas terselubung antara Jokowi dengan Anies. Pengajar filsafat dari UI Rocky Gerung menyebut saat ini ada dua matahari kembar. Yang satu di Merdeka Utara (Istana presiden), dan yang lainnya di Merdeka Selatan (Balaikota DKI).
Membangun sebuah brand reputation di era medsos memang tidak mudah. Seperti membangun istana pasir di tepi pantai, sangat mudah tersapu ombak. []
*Penulis adalah Konsultan media dan pemerhati politik
Sumber: Hersubenoarief.com