Pengakuan Ketua Steering Committee Maruarar Sirait (Ara) bahwa semua itu merupakan kesalahannya, dan secara pribadi dia bertanggung jawab, tidak cukup memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi.
Serbuan ratusan ribu, bahkan mungkin jutaan netizen —kalau saja tidak dihapus admin— ke akun medsos Presiden Jokowi menunjukkan adanya kemarahan kolektif yang sangat besar dari publik.
Fenomena ini sungguh mengagetkan, dan pasti tidak pernah diduga. Bagaimana mungkin seorang presiden yang dikenal sebagai media darling, aktif di medsos, punya follower jutaan, tiba-tiba mengalami bullying gila-gilaan. Gara-gara “gol bunuh diri” Ara, penyerbuan ke akun medsos Presiden Jokowi sejauh ini barangkali telah tercatat menjadi aksi perisakan terbesar yang pernah terjadi di Indonesia.
Kerusakan parah itu harus segera diperbaiki, bila reputasi Presiden Jokowi tidak mau bertambah jeblok. Apalagi Pilpres 2019 tinggal kurang lebih satu tahun lagi.
CAP Rule
Dalam strategi damage control ada sebuah pakem yang dikenal dengan istilah CAP Rule (Concern, Action, dan Perspective). Kita harus mendemonstrasikan perhatian, kepekaan yang tulus, sangat serius memperbaiki dan mengatasi kerusakan, serta memberikan perspektif tentang implikasi yang luas dari peristiwa yang terjadi.
Dengan menyebarnya foto-foto Jokowi berjalan bersama, berbincang sangat akrab, dan terlihat sangat dekat dengan Anies, maka pesan yang ingin disampaikan kapada publik, “tidak terjadi apa-apa, antara Jokowi dan Anies.” Keduanya mempunyai hubungan yang sangat akrab. Netizen dan terutama pendukung Persija saja yang lebay.
Sayangnya dalam era medsos strategi managemen krisis damage control tersebut tak sepenuhnya bisa kita kendalikan. Para pendukung Jokowi tanpa sadar telah merusak strategi public relation yang tengah dirancang Presiden dan timnya. Padahal komunikasi internal menjadi salah satu syarat dalam manajemen krisis dan damage control.