“Dalam hal ini, tidak ada niat merusak hubungan Saudi dan Indonesia. Mereka hanya ingin berbagi kebahagiaan,” jelas Mustofa.
Lalu, ada juga kemungkinan penempelan stiker #2019GantiPresiden di Tanah Suci, dilakukan pihak lain. Menurutnya, penempelan ini bisa saja bertujuan untuk menyudutkan kelompok #2019GantiPresiden.
“Itu dilakukan untuk memojokkan kelompok #2019GantiPresiden. Stiker #2019GantiPresiden bisa diproduksi siapa saja kok,” tuturnya.
Ia heran, label air zamzam #2019GantiPresiden bisa muncul, karena setiap jemaah yang menjalankan ibadah haji mendapat pengawasan ketat.
“Indikasi ini muncul, karena setiap jemaah haji yang memasuki kota suci, tentu dalam pengawasan ketat. Ada tim pendamping haji yang dikelola menteri Agama. Membawa obat-obatan atau herbal saja diperketat, tidak mudah. Apalagi, membawa stiker tagar #2019GantiPresiden sebanyak itu,” jelas Mustofa.
Dia meyakini, tim pengawas atau pendamping haji mengetahui peristiwa air zamzam #2019GantiPresiden. Seharusnya, hal ini bisa dicegah.
“Jika memang pendamping haji yang dikelola Kemenag itu memang bekerja dengan baik, tentu aksi penempelan stiker #2019GantiPresiden dapat dicegah,” sebutnya.
Untuk diketahui, pembagian air zamzam berlabel #2019GantiPresiden sempat viral di media sosial dan WhatsApp jemaah haji Indonesia. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi telah menelusuri pembagian air zamzam tersebut.
Faktanya, penerima air zamzam #2019GantiPresiden ternyata bukan jemaah haji reguler. Penerimanya adalah para jemaah haji di luar kuota Pemerintah, yakni jemaah haji furada.
Kepala PPIH Arab Saudi Daerah Kerja Bandara, Arsyad Hidayat menjelaskan, berdasarkan info dari petugas Bidang Pengawasan PIHK (Penyelenggara Haji Khusus), air zamzam yang ditempeli stiker #2019GantiPresiden itu dibagikan kepada jemaah haji nonkuota yang pulang melalui Terminal Internasional Bandara King Abdulaziz, Jeddah. [viva]