Krisis perbankan di Amerika Serikat (AS) bisa memengaruhi perekonomian Indonesia. Karena itu pemerintah dan Bank Indonesia (BI) akan memprioritaskan upaya menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Gubernur BI Boediono mengungkapkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah menginstruksikan Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bekerja sama dengan Gubernur BI menjaga stabilitas perekonomian.
"Presiden memberikan arahan kepada kita, ke depan masalah stabilitas ekonomi perlu diperhatikan, " ujar Boediono seusai diterima Presiden SBY di Istana Negara Jakarta, Rabu (16/7) sore.
Pada pertemuan itu Gubernur BI memberikan penjelasan kepada Presiden mengenai situasi sektor keuangan terkini.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu mengungkapkan, bahwa krisis ekonomi di AS bisa menekan ekspor Indonesia, khususnya dari sektor manufaktur. Namun, dinamika internal ekonomi Indonesia yang cukup baik akan meminimalkan dampak krisis di AS.
"Intinya semuanya menuju ke perbaikan. Dulu ada sedikit nervous pada April-Mei, menjelang kebijakan BBM.Kemudian setelah Mei juga ada sedikit demam, tapi sekarang sudah jauh lebih baik, " ujarnya.
Indikator perbaikan ekonomi nasional terlihat dari stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan kenaikan cadangan devisa yang saat ini telah mencapai USD59, 6 miliar.
"Inflasi semoga saja setelah kenaikan harga BBM ini bisa kembali ke normal dari dua bulan lalu. Artinya bisa diharapkan kita sudah melewati puncak dampak BBM, " jelas Boediono.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menambahkan, perkembangan ekspor Indonesia pasti akan terpengaruh krisis keuangan di AS.Namun hingga kini belum bisa diperkirakan besaran volume penurunannya.
"Untuk ekspor kita mungkin akan melihat hingga semester depan. Momentumnya tidak akan banyak. Untuk 2009 kita akan lihat bagaimana situasi global, " ujarnya.
Krisis perbankan di AS, lanjutnya, di satu sisi menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia melambat. Di sisi lain, krisis itu bisa berdampak positif, yakni berupa penurunan permintaan minyak dunia.
"Sehingga tekanan terhadap peningkatan harga minyak juga makin berkurang. Mungkin juga secara global akan mengurangi spekulasi, " papar Sri Mulyani. (novel/siol)