Aksi kekerasan atau teror yang terjadi di tanah air memang akhir-akhir ini sudah tidak muncul lagi. Sebenarnya, aksi tersebut bukan berasal dari dalam negeri Indonesia. Dapat dikatakan Indonesia adalah bukan sentral teror, namun korban dari teror.
"Ekstrimitas Islam di Indonesia itu, bukan orisinil dari Indonesia, tetapi luberan dari Timur Tengah yang konflik dengan barat, kemudian dia mau menyerang dari sini. Jadi Indonesia adalah korban dari teror, bukan sentral teror, " kata Ketua PBNU KH. Ahmad Hasyim Muzadi usai membuka International Conference of Islamic Scholars (ICIS) III, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (30/7).
Mengenai hukuman mati bagi pelaku teror, Hasyim menyatakan, semua pihak harus menghormati hukum yang berlaku di Indonesia, termasuk dalam hal pemberantasan terorisme. Hasyim pun menghormati keputusan eksekusi mati bagi tiga terpidana kasus Bom Bali, Amrozi Cs.
"Kita sendiri memang sudah mengusulkan pemberantasan terorisme harus by law bukan dengan by security. Jadi harus dengan hukum. Jadi kalau hukum memutuskan hukuman mati, ya sudah (laksanakan), " ujarnya.
Sementara, terkait permintaan agar eksekusi hukuman mati itu dilakukan dengan cara pancung dan bukan ditembak, Hasyim menyatakan, semestinya yang berlaku adalah hukum di Indonesia dan tidak perlu mengikuti keinginan perorangan.
Konflik Akibat Ketidakadilan
Dalam kesempatan itu, Hasyim yang juga Sekjen ICIS menyinggung tentang konflik yang terjadi di dunia Islam akibat dari ketidakadilan, di mana hingga saat ini belum tampak titik terang penyelesaiannya.
"Jangan cuma menyalahkan yang lain, kadang-kadang konflik itu bersifat aksi, kadang-kadang bersikap reaksi, orang-orang barat tidak pernah mau dikatakan ini sebagai reaksi dari serangannya dia, gak pernah mau mereka, " tandasnya.
Karena itu, lanjutnya pada pertemuan cendikiawan muslim dunia (ICIS III) akan mudah-mudahan muncul kesadaran dan kesamaan visi dunia Islam untuk meredakan konflik itu. Sebab dalam pertemuan itu, setiap konflik yang terjadi di dunia Islam, akan diinventarisir apa yang menjadi faktor penyebabnya, untuk kemudian dicari upaya penanganannya.(novel)