Eramuslim.com — Harmoko merupakan seorang jurnalis senior yang kemudian terjun ke dunia politik pada masa kepemimpinan Soeharto.
Pada tanggal 19 Maret 1983 ia resmi terjun di dunia pemerintahan dengan menjabat sebagai Menteri Penerangan ke-22 hingga 16 Maret 1997.
Menarik dari seorang Harmoko yakni ia dikenal sebagai tangan kanan Soeharto.
Bahkan perkataan “Menurut Petunjuk Bapak Presiden” dianggap sudah menjadi jargon Harmoko sebagai bentuk kedekatannya dengan Soeharto. Ia dinilai mampu menerjemahkan gagasan-gagasan Soeharto kepada publik.
Bahkan, dalam buku Golkar Retak? (1999: 40), Harmoko dikenal sebagai orang yang targetnya hanya “Asal Bapak Senang” (ABS) yang sangat bergantung pada atasan yakni kepada Soeharto yang berkuasa saat itu
Siapa sangka, pada masa menggeliatnya gerakan Reformasi, Harmoko yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), meminta Soeharto mundur dari jabatannya.
Dilangsir dari tirto.id, pria kelahiran Nganjuk, 7 Februari 1939 ini adalah orang yang memuluskan Soeharto sebagai presiden untuk terakhir kalinya pada 1997. Namun pada 18 Mei 1998, dua bulan setelah dilantik, Harmoko pula yang meminta penguasa Orde Baru itu untuk turun jabatan.
Ketika masih gencarnya dalam dunia jurnalis, ia pernah menjabat sebagai Wartawan Merdeka (1963-1964), Wartawan Angkatan Bersenjata (1964-1968), Pimpinan Redaksi Merdiko (1966-1968) dan Pimpinan Redaksi Pos Kota (1970-1983).
Setelah itu, ia kemudian diangkat menjadi Menteri Departemen Penerangan (1983-1997) oleh Soeharto, Ketua Golongan Karya (1993-1998) hingga menjadikan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (1997-1999) didetik-detik berakhirnya kekuasaan Soeharto. [Fajar]