"Wahai Muslimah Anda Adalah Ibu, Generasi Ditanganmu, Nasib Generasi Dipertaruhkan", itulah salah satu cuplikan kalimat yang terdapat dalam baliho besar yang dipasang didepan Kantor Perwakilan PBB, Jakarta Pusat. Diusung oleh sekitar 1.000 orang perempuan dari Hizbut Tahrir Indonesia, yang tergabung sebagai peserta aksi "Muslimah Menentang Penghancuran Keluarga."
Aksi long march mulai dari Bunderan Hotel Indonesia, Kantor Perwakilan PBB, dan berakhir di Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, dilakukan dalam rangka memperingati hari Ibu Ke-78.
Salah satu Ketua DPD HTI Qotrun Nada menegaskan, kedudukan ibu dalam keluarga memegang peranan yang sangat penting, namun kedudukan itu tengah terancam dengan berbagai upaya dari segelintir kelompok yang secara sistematis mengatasnamakan kesetaraan dan keadilan gender untuk mendorong perempuan menjauh dari peranan utamanya.
"Liberalisasi keluarga, mendorong perempuan disektor publik menjauhkan perannya sebagai ibu (ummu) dan pengatur rumah tangga (rabbatul bayt)," ujarnya disela-sela aksi, di Depan Kantor Perwakilan PBB, Jl MH. Thamrin, Jakarta, Jum’at (22/12).
Menurutnya, liberalisasi keluarga dianggap sebagai alat penghancur, sebab dalam penerapannya anak bebas memilih kepada siapa mereka harus patuh, dan isteri tidak harus mematuhi perintah suami. Ini sangat berbahaya, karena hakekatnya Islam tidak mengajarkan demikian.
Ia berharap, para pemimpin negara dapat membuka hatinya dan mendengar apa yang disuarakan oleh kelompok Muslimah, sehingga generasi bangsa dapat terselamatkan dari pola pemikiran Barat yang menyesatkan.
Dalam aksi itu, mereka juga membawa anak balita dan bayi yang masih digendong. Mereka juga membawa spanduk dan poster di antaranya bertuliskan, Rumahku Surgaku, Suamiku Pemimpinku, Aku Jadi Ratu, Ibu dan Guru Bagi Anak-anakku; Poligami Halal, Bukan Kriminal- Perselingkuhan Haram, Tindakan Kriminal; Larangan Poligami=Dukung Seks Bebas.
Aksi itu mendapat pengawalan ketat dari puluhan aparat kepolisian dari Polres Jakarta Pusat, yang disebarkan pada tiga titik dan setiap persimpangan jalan. Aksi tidak menyebabkan lalu lintas terhambat, karena mengambil jalur lambat. Dan rencananya aksi akan diakhiri dengan mengirimkan perwakilan 10 orang delegasi untuk menyampaikan pernyataan sikapnya kepada Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan.(novel)