Eramuslim – Para ibu cemas harga bahan pangan melonjak setiap ada momentum perayaan, termasuk Natal dan Tahun Baru. Satgas Pangan yang dibentuk pemerintah tidak efektif mencegah kenaikan harga sebab permasalahannya dipicu oleh kebijakan yang salah.
Pengamat Ekonomi Pertanian Dwi Andreas menyebut tingginya harga sejumlah komoditas pangan pada akhir tahun ini terjadi karena pemerintah salah melakukan antisipasi. Pada kasus telur, penyebabnya karena harga pakan ternak yang naik.
“Harga pakan ini meningkat akibat kebijakan pemerintah menghentikan impor jagung,” ujarnya di Jakarta, akhir pekan ini.
Seperti diketahui, harga telur melonjak mencapai Rp 25 ribu-Rp 27 ribu per kilogram (kg), diatas pagu harga yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 22 ribu per kg.
Menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor ini, Indonesia belum mampu melepas ketergantungan terhadap jagung impor. Sehingga, ketika keran impor jagung ditutup, dampaknya pada kenaikan harga komoditas lain.
Selain karena impor jagung, pakar bioteknologi tanah dan genetika molekuler ini menyebut, melonjaknya harga juga terjadi karena dampak dari kondisi sebelumnya saat terjadi kelebihan suplai telur.
Karena suplai tinggi namun permintaan tetap, akibatnya harga telur sempat anjlok beberapa waktu lalu. Pemerintah akhirnya berusaha membatasi produksi tersebut. “Akibat pembatasan itu, dampaknya baru terasa saat ini,” kata Andreas.