Eramuslim.com – Mahalnya harga gas di Indonesia membuat industri yang tergabung di Indonesian Olefin & Plastic Industry Association (INAPlas) terheran-heran. Karena, harga gas dunia saat ini cenderung turun.
Kata Sekjen INAPlas Fajar Budiyono, harga gas di Indonesia sangatlah aneh. Karena berlawanan dengan perkembangan harga gas dunia yang mengalami penurunan.
Di Malaysia dan Singapura, kata Fajar, bisa menjual gas dengan harga separuh dari harga di Indonesia. Padahal, gas di kedua negara itu berasal dari Indonesia.
Pada 31 Juli 2015, PT Perusahaan Gas Negara (PGN) mengumumkan kenaikan harga gas per 1 Agustus. Harga baru ditetapkan Rp 167.600 per mmbtu, ditambah Rp 750 per meter kubik, atau setara US$ 14,1 per mmbtu. Di banding harga lama senilai US$ 8,7 per mmbtu, terjadi kenaikan cukup signifikan yakni 62%.
“Harga gas sebesar 9 sampai 10 dolar AS per mmbtu saja, sangat memberatkan kalangan industri. Idealnya agar industri dalam negeri tetap dapat berproduksi, harga gas harus di bawah 7 dolar AS per mmbtu,” kata Fajar di Jakarta, Selasa (11/8/2015).
Asal tahu saja, biaya gas untuk industri plastik berkontribusi 5-10% biaya produksi. Sementara untuk industri lainnya, ongkos gas bisa berkontribusi 10 sampai 15%. Namun bila gas sebagai bahan baku, berkontribusi kepada biaya produksi 80%. Artinya, ketika harga gas makin mahal maka biaya produksi juga ikut mahal. Hanya saja, tiap industri akan berbeda kenaikan beban biaya produksinya.(rz)