eramuslim.com — Pegiat media sosial (Medsos), Denis Malhotra, melontarkan kritik tajam terkait kondisi harga beras di Indonesia yang disebut sebagai yang tertinggi di kawasan ASEAN, tetapi para petani tetap miskin.
Dalam pernyataannya, Denis menyoroti bagaimana kebijakan terkait harga beras hanya menguntungkan segelintir pihak, sementara petani tidak merasakan manfaat yang seharusnya.
“Kemarin saya bilang, Mulyono mesti dihukum panc*ng atas kegatotannya mengurus negara,” ujar Denis dalam keterangannya di aplikasi X @denismalhotra (21/9/2024).
Meskipun banyak yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut, kata Denis, alasan yang diberikan bukan karena dirasa terlalu kejam, melainkan dianggap terlalu ringan untuk pejabat yang dianggap gagal memperbaiki kondisi ekonomi.
“Banyak yang tak sepakat, bukan karena sadis, tapi katanya itu malah terlalu enak buat dia. Mestinya dibikin lebih menderita dalam waktu yang lama,” cetusnya.
Denis menegaskan bahwa kebijakan pemerintah terkait harga beras lebih banyak memperkaya oligarki daripada menyejahterakan petani.
“Beras mahal hanya untuk memperkaya oligarki,” tandasnya.
Sebelumnya diketahui, Bank Dunia menyatakan bahwa harga beras di Indonesia secara signifikan lebih mahal dibandingkan negara-negara lain di kawasan ASEAN.
Menurut Carolyn Turk, Country Director World Bank untuk Indonesia dan Timor-Leste, selisih harga tersebut bisa mencapai 20 persen lebih tinggi.
Pernyataan ini disampaikan dalam acara Indonesia International Rice Conference yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, pada Kamis (19/9/2024).
Carolyn menjelaskan bahwa konsumen Indonesia menghadapi harga pangan yang lebih mahal, terutama pada komoditas beras, akibat beberapa kebijakan pemerintah.
Salah satu faktor utama adalah pembatasan impor beras dan keputusan pemerintah untuk menaikkan harga jual beras, yang berdampak pada melemahnya daya saing sektor pertanian di dalam negeri.
Yang memprihatinkan, kenaikan harga ini tidak diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan petani.
Carolyn mengungkapkan bahwa rata-rata pendapatan harian petani di Indonesia masih di bawah USD1, atau sekitar Rp15.207 per hari.
Dengan penghasilan tahunan yang diperkirakan kurang dari USD341, atau sekitar Rp5 juta, para petani Indonesia masih hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. (sumber: Fajar)