Ada satu peristiwa yang kemudian oleh sebagian umat Islam diperingati yaitu peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Peringatan tersebut awalnya diselenggarakan oleh Sultan Salahuddin al-Ayyubi, pendiri Dinasti Ayyubiyah dari Tikrit, Irak dalam rangka untuk menyemangati para pejuang Muslim menghadapi tentara Salib.
Namun, peringatan Maulid Nabi tersebut oleh sebagian umat Islam yang lain dianggap bid’ah bahkan tidak jarang dijadikan media untuk mengolok-olok bahkan sampai pada penilaian penyesatan.
“Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada para pemrakarsa acara reuni 212, apakah sudah begitu hebatkah perjuangan kita dengan peristiwa 212, yang sudah berhasil mengantarkan seorang penista Alquran ke penjara, sehingga harus kita bentuk forum alumni dan kemudian kita peringati peristiwa itu setiap tahunnya? Sementara masih banyak pekerjaan umat yang terbengkalai yang menuntut kita untuk segera kita tangani,” bebernya.
Dikatakan, Islam mengajarkan kepada umat untuk selalu memandang ke depan, jangan terus menengok ke belakang.
Boleh menengok ke belakang tapi dengan maksud untuk melakukan muhasabah, perbaikan untuk hari esok yang lebih baik.(kl/jppn)