Hampir Kolaps, AS Masih Cari Tempat Aman untuk Investasi

Meski sudah hampir kolaps, kalangan pengusaha Amerika Serikat masih saja mencoba melakukan manuver bisnisnya, dengan mencari lahan-lahan investasi baru di luar kawasan AS dan Eropa. Pengusaha AS mencoba mencari wilayah yang tingkat risiko investasinya rendah, sebagai antisipasi krisis global.

"Mereka sedang mencari tempat aman untuk menyelamatkan diri di tempat-tempat yang tidak begitu terguncang. Sebab tempat-tempat seperti AS, Eropa merupakan tempat yang tidak aman saat ini untuk melakukan investasi," kata Menteri Perindustrian Fahmi, usai acara pertemuan dengan delegasi ASEAN-USA Business council, di Departemen Perindustrian, Jakarta, Rabu (22/10).

Menurutnya, banyak pengusaha AS yang antusias terhadap fasilitas pajak, terutama insentif pajak yang tertuang dalam PP No 62 tahun 2008 sebagai revisi PP No 1 tahun 2007 mengenai investasi dikawasan tertentu dan bidang tertentu.

"Saya jelaskan fasilitas insentif pajak PP No 62 tahun 2008, mereka antusias, mereka intinya melihat Indonesia masih tetap bagus untuk investasi bisnis," jelasnya.

Sebelumnya para pengusaha AS sempat mendatangi Wapres, dari pertemuan itu mereka meminta agar Indonesia mengkaji beberapa daftar negatif investasi (DNI).

Padahal negara adidaya ini tengah mengalami demam, dan menular ke negara lain, termasuk Indonesia. Ekonomi AS memang runtuh karena kelakuan para perbankan yang nekat memberikan kucuran kredit pada orang-orang yang tidak kredibel. Termasuk masyarakat yang tidak memiliki pendapatan ataupun pekerjaan.

"Kredit perumahan diberikan pada orang yang nggak punya income dan gak punya pekerjaan. Istilahnya kredit ninja, no income, no job. Padahal orang-orang harus bayar bunga lebih besar, jadinya mereka nggak bisa bayar. Bank lah yang menanggungnya sehingga jadi kredit macet," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Siti Ch. Fadjrijah, dalam sambutan Halal Bihalal Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), di Gedung Bank Syariah Mandiri, Jakarta, Rabu (22/10).

Menurutnya, sistem perbankan konvensional yang dianut perbankan AS memang banyak kelemahannya. Salah satu kelemahan bank konvensional yang memicu keterpurukan finansial adalah spekulasi.

"Kalau kaitannya dengan krisis perumahan oleh bank-bank AS, mereka memberi kredit pada orang yang nggak punya income dan pekerjaan. Itu judi," imbuhnya. (novel)