Eramuslim.com – Ketika matahari baru nongol, ternyata warga Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, sudah dikejar-kejar aparat gabungan Satpol PP dan polisi pada Kamis lalu (20/8). Peristiwa ini diungkapkan oleh Ketua Ciliwung Merdeka, Sandyawan Sumardi atau lebih dikenal dengan panggilan Romo Sandy. “Jam 06.15 itu banyak orang tua yang berjatuhan. Lalu di depan Gang 3, para ibu berteriak bahwa warga sudah berhadap-hadapan dengan polisi. Kemudian saya dan Habib Soleh melakukan konsolidasi,” kata Romo Sandy dalam jumpa pers di kantor Ciliwung Merdeka, Jakarta, Jumat kemarin (21/8).
Kemudian, sekitar pukul 07.00 WIB, tambahnya, Ustaz Holil selaku Ketua LMK mengatakan dirinya tidak menolak untuk dibongkar, tapi harus ada perundingan terlebih dulu antara warga dan para pemangku kepentingan terkait.
“Pak Ustaz meminta perundingan. Pak Kapolres juga sudah setuju. Hanya tinggal tanda tangan. Pak Camat Jatinegara datang terus nolak permintaan Ustaz Holil dan bentrokan pun terjadi,” ujar Romo Sandy. Isi dari perundingan tersebut: penggusuran bangunan hanya kepada penghuni yang sudah mengambil kunci di Rusunawa Jatinegara; sedangkan yang belum mengambil kunci tidak diperkenankan untuk dibongkar.
Bentrokan terjadi sekitar pukul 09.00 WIB, lanjutnya, warga terpancing karena sikap Satpol PP–yang makan gaji dari uang rakyat– yang terlebih dulu melempari batu ke arah warga yang berjaga di sepanjang jalan Jatinegara Barat. Polisi dengan penuh arogansi juga menembakkan gas air mata yang dibeli dari uang rakyat ke arah ibu-ibu yang sedang berkumpul membawa makanan dan minuman, kata Romo Sandy.
“Saya melihat sendiri, ibu-ibu itu kocar-kacir, bahkan banyak yang terjatuh dan muntah di depan gang,” ujarnya.
Ia mengaku kecewa dengan sikap aparat gabungan yang tidak manusiawi itu. Rencananya, Romo Sandy akan membawa kasus ini ke pengadilan.(ds)