Gus Ipul dan Yenny Wahid Gusar Usai Ustaz ABB Dukung AMIN, Reza Indragiri: Ketakutan yang Berlebihan!

Maka menurut Reza, jika ada pihak yang ketakutan Ustaz Abu Bakar Ba’asyir akan melakukan aksi pidananya kembali, pihak tersebut perlu diingatkan bahwa ketakutannya itu terlalu berlebihan.

 “Sekaligus, ketakutan itu menunjukkan ketidakpercayaan terhadap kerja pemasyarakatan Kemenkumham,” ujar Reza.

Sementara mengenai dukungan Abu Bakar Ba’asyir terhadap paslon AMIN, menurut Reza itu dapat menjadi sinyal putus hubungan Ustaz Abu Bakar Ba’asyir dari elemen-elemen terorisme. “Anggaplah, risk assessment sebatas menangkap indikator,” katanya.

 “Sementara, dukungan ABB tersebut merupakan bukti bahwa telah terjadi disengagement ABB dari elemen-elemen terorisme yang pernah didakwakan kepada dirinya,” sambungnya. Reza mengatakan bahwa disengagement itu adalah kabar baik.

 “Bahwa, bukan sebatas reprogramming pada level berpikir, ABB sudah memperlihatkan perubahan pada tataran perilaku,” ujar Reza. Reza bahkan mengatakan bahwa dukungan Ustaz Abu Bakar Ba’asyir itu selaras dengan anjuran Bung Karno sekian puluh tahun silam.

 “Menentang pembentukan negara agama, Bung Karno mendorong rakyat agar memilih wakil-wakilnya yang dinilai mampu memperjuangkan nilai dan norma keagamaan di parlemen,” katanya.

“Wakil-wakil semacam itu pada gilirannya akan memberikan warna religius pada produk legislatif yang dihasilkan, sehingga pada gilirannya memperkokoh nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan bernegara,” lanjutnya.

Menurut Reza, itu pula yang secara analogis Ustaz Abu Bakar Ba’asyir lakukan.  “Keinginannya agar Indonesia berwarna lebih hijau ia coba realisasikan bukan dengan melalui jalur ilegal,” kata Reza.

Namun sebaliknya, demi mewujudkan harapannya itu, Ustaz Abu Bakar Ba’asyir memilih aktif menggunakan hak konstitusionalnya selaku warga negara.

 Sementara ajakan tidak mendukung paslon yang didukung Ustaz Abu Bakar Ba’asyir menurut Reza merupakan narasi yang mengandung logika yang membingungkan.

 “Narator menunjukkan sikap anti terhadap individu tertentu, tapi rekomendasi yang ia keluarkan justru bernuansa politik praktis,” kata Reza.

 “Kekacauan logika serupa bisa terjadi pula seandainya ada narasi ‘jangan mendukung paslon yang didukung oleh TikToker yang mengancam melakukan pembunuhan/penembakan’,” lanjut Reza.

 Hal ini pula kata Reza berlaku dengan narasi ‘jangan mendukung paslon yang diusung oleh parpol yang di dalamnya ada eks koruptor’, atau lainnya.

 “Jadi, linearlah dalam berpikir. Kekhawatiran terhadap individu pelaku pidana atau pun eks narapidana semestinya berlanjut dengan arahan untuk mewaspadai individu tersebut,” ujarnya. “Bukan dengan mengeluarkan instruksi bermuatan politik elektoral,” tutup Reza.

Sumber: tvOne

Beri Komentar