Gerakan Pembaruan Pendidikan Islam (GUPPI) mendukung munculnya sekolah-sekolah model atau sekolah unggulan untuk menampung anak-anak cerdas. Kendati demikian, GUPPI tidak setuju apabila sekolah-sekolah unggulan itu mengarah pada praktik kapitalis.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Gerakan Pembaharuan Pendidikan Islam (GUPPI) H Marwan Saridjo dalam acara ulang tahun ke 58 organisasi tersebut sekaligus seminar sehari, di Jakarta.
"Jika kecenderungan pendirian sekolah unggulan itu menjadi menara gading bagi masyarakat sekitar, jelas tidak sejalan dengan visi dan program GUPPI, " katanya.
Mengenai rencana Departemen Agama (Depag) untuk membangun madrasah unggulan bertaraf Internasional. Madrasah ini akan berdiri di lahan seluas 10 hektare di Kota Dumai, Provinsi Riau. GUPPI sendiri menilai Depag perlu melakukan pengkajian lebih cermat dan komprehensif.
"Kondisi umum madrasah kita masih jauh dari standar minimal, bahkan masih jutaan anak-anak umat Islam di daerah terpencil yang belum terjangkau pendidikan, " ujar mantan Sekjen Depag ini.
Marwan menambahkan, kemajuan umat dam penilaian umum terhadap pendidikan madrasah tidak bisa dengan pendekatan pencitraan secara ad hoc melalui penyelenggaraan pendidikan yang bersifat eksklusif. Tetapi harus dengan program pemerataan pendidikan kendatipun dengan standar mutu yang minimal.
Mengenai tuntuan pemenuhan anggaran pendidikan 20 persen dari APBN, lanjut Marwan, selama ini hanya ditujukan kepada pemerintah pusat. Namun, jarang terdengar tuntutan itu ditujukan kepada pemerinah daerah, seperti Gubernur, Bupati atau Wali Kota.
Marwan menambahkan GUPPI akan terus mendorong dan berupaya menawarkan konsep-konsep pengembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam bergerak menuju ke arus utama (mainstream). Yaitu dengan tetap mempertahankan ciri khasnya sebagai garda terdepan dalam pembangunan karakter bangsa dan akhlak manusia.
Sebelumnya Dirjen Pendidikan Islam Depag Muhammad Ali mengatakan, madrasah internasional yang nantinya akan dikembangkan di seluruh Tanah Air ini, memiliki ciri khas, penggabungkan antara ide pesantren dengan sekolah modern.
Di mana, siswanya diwajibkan tinggal di asrama (boarding) untuk memperoleh kemapuan-kemampuan yang dipersyaratkan, seperti menguasai komunikasi nasional bahasa Indonesia, bahasa Arab dan Inggris. Ali berharap, di setiap provinsi nantinya minimal harus ada satu Madrasah Negeri bertaraf Internasional.(novel)