Sikap kritis mahasiswa dalam menetang kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyakpada pekan lalu memang dapat dipahami, namun sikap kritis yang sudah menjadi bagian dari jiwa mahasiswa itu, harus dijaga dari berbagai tindakan yang menjurus pada anarkisme dan perbuatan melawan hukum.
Demikian diungkapkan oleh Gubernur Lemhanas Muladi saat menghadiri Sarasehan Memperingati Satu Abad Kebangkitan Nasional di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (29/5).
"Sebagai mantan rektor, saya sangat memahami mahasiswa. Yang penting jangan anarkis dan tidak melawan hukum, " ujar Muladi.
Menurutnya, aksi mahasiswa dalam menentang kenaikan harga BBM, banyak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Oleh karenanya, mahasiswa harus menghindarinya.
"Banyak orang-orang politik yang ingin memanfaatkan kelemahan pemerintah dan hal itu kentara sekali, " ungkapnya.
Namun, ketika ditanya pihak yang memanfaatkan tersebut, Ketua DPP Partai Golkar ini enggan menjawab. "Ya anda tahu sendirilah, " pungkasnya.
Menanggapi kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, Muladi menegaskan, pemerintah harus melakukan pendekatan sosial-politis terhadap kebijakannya tersebut.
"Harus hati-hati dan ada klarifikasi. Jangan hanya bersikap profesional, tapi harus ada sentuhan sosial-politis, " ungkapnya.
Sehubungan dengan aksi mahasiswa menolak kenaikan harga BBM, mantan Presiden BJ Habibie angkat bicara. Dia mengingatkan agar demonstran tidak melakukan anarkisme. "Demo anarkis tidak saya benarkan, " kata Habibie.
Menurutnya, demonstrasi adalah bunga-bunga demokrasi yang patut dihargai. Selain itu, demonstasi atau unjuk rasa merupakan bagian terpadu dari demokrasi. Namun Habibie kembali menekankan perlunya meyuarakan aspirasi dengan damai. "Anarkisme tidak boleh bergerak bebas. Kalau sudah anarkis, harus diambil tindakan yang keras, " tandasnya.(novel)