Gubernur Jatim Tolak Pindahkan Kaum Syiah dari Sampang

Gubernur Jatim Tolak Pindahkan Kaum Syiah dari Sampang

Gubernur Jatim Soekarwo memastikan sebanyak delapan orang pelaku penyerangan atas kelompok Syiah Sampang telah diamankan aparat kepolisian. Tujuh orang ditangkap secara bersamaan semalam dan satu orang ditangkap terpisah pagi ini.

“Saya sudah dapat informasi dari Kapolda, delapan pelaku penyerangan sudah diamankan hingga saat ini. Mereka langsung dilucuti senjatanya oleh pasukan Brimob Polda Jatim yang terjun ke Sampang,” katanya kepada wartawan di kantor gubernur, Senin (27/8/2012).

Pakde Karwo juga membantah kasus penyerangan kali kedua di Sampang ini ada muatan politik. Apalagi, Kabupaten Sampang dan Provinsi Jatim dalam waktu dekat akan melangsungkan pemilukada.

“Ini murni masalah kriminal dan tidak masuk ke ranah politik. Yang jelas semua kasus itu ada muatan kulturalnya, wong ada info di sana itu curi sepeda motor, saja dibunuh kok,” tegasnya.

Pakde Karwo juga menegaskan, pihaknya tidak bisa melarang ajaran Syiah berkembang di Jatim, seperti aliran Ahmadiyah. Tapi kelompok Syiah juga diminta jangan membuat syiar yang menyinggung. “Di Sampang kan ada local wisdom. Saya akan undang NU, Muhammadiyah, tokoh ulama lainnya, Forpimda. MUI pusat hingga saat ini juga belum keluarkan fatwa sesat atas aliran Syiah,” pungkasnya.

Gubernur Jatim Soekarwo menegaskan, pihaknya tidak mau merelokasi pengikut Syiah di Sampang keluar dari Madura. Pihaknya akan menyelamatkan kelompok minoritas itu dengan cara mengevakuasi sementara di Lapangan Tennis Indoor Sampang.

“Saya sudah ngebel Pak Mendagri Gamawan Fauzi untuk izin mengggunakan dana bencana untuk menangani pengungsian. Tapi saya akan ketemu dulu dengan Forpimda, ulama NU, Muhammadiyah dan pengurus Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) cari solusi terbaik ke depan,” kata Pakde Karwo kepada wartawan di kantor gubernur, Senin (27/8/2012).

Menurut Pakde Karwo, pemprov akan berkoordinasi dengan Pemkab Sampang untuk melakukan evakuasi sementara pengikut Syiah. Yang terpenting adalah pengungsi mendapat kelayakan kesehatan, pendidikan, makanan, minuman selama di pengungsian.

“Kami tidak ingin merelokasi mereka (pengikut Syiah, red) keluar dari Sampang. Ini kan negara Pancasila, tidak bisa kelompok minoritas diusir seperti itu. Harus dicari solusi terbaik,” tuturnya.(fq/beritajatim)