Lebih lanjut Evita mengatakan bahwa pihaknya akan mengusulkan sesi rapat bersama antara Kemenlu, Kemenkominfo, Kemenperin dan Kemendag untuk membahas diplomasi ekonomi dalam rangka mendukung terbentuknya ekosistem guna mendorong pertumbuhan startup karya anak bangsa.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara yang dihubungi terpisah mengatakan diperlukan lobi antara pemerintah (G to G) untuk membantu memuluskan ekspansi Gojek di ASEAN apalagi Gojek jelas merupakan perusahaan asli karya anak bangsa.
“Selama ini negosiasi pemerintah kita lemah, padahal ini tugas Kemendag, Kemenkominfo dan Kemenlu. Mereka harus berani bernegosiasi untuk capai MoU di level ASEAN untuk membentuk standard tertentu, terutama terkait penataan bisnis berbasis digital,” ujarnya.
Bhima juga menyoroti sikap pemerintah Indonesia yang menerima dengan tangan terbuka kehadiran Bos Softbank Masayoshi Son awal bulan Agustus ini. Bukan rahasia umum, Softbank merupakan salah satu investor yang memuluskan sepak-terjang Grab, perusahaan transportasi daring (online) asal Malaysia, di Tanah Air.
“Negosiasi Softbank itu Business to Government, itu bisa difasilitasi. Padahal uangnya akan dibawa lari ke negara asalnya,” tukasnya.
Namun, Rabu kemarin (28/8), Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Zainal Abidin Bakar mengatakan, secara prinsip Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad telah menyetujui kehadiran Gojek. Saat ini, regulasinya masih dikaji dan dimatangkan yang ditekankan pada sisi keamanan dan keselamatan.(kk/rmol)