Golkar Kuda Tunggangan Para Penguasa?

Golkar butuh tokoh baru setelah gagal dalam Pemilu 2009 lalu. Dalam Munasnya di Pakanbaru,  Partai Golkar akan memutuskan siapa yang menjadi ketuanya yang baru. Setidaknya ada empat kandidat yang akan ikut dalam pemilihan ketua, yaitu Aburizal Barkri, Surya Paloh, dan Tomi Soeharto, dan Yudi Chrisnandy.

Sementara itu, Surya Paloh, sebagai calon utama ketua Golkar sejauh ini berkampanye ingin menjadikan Golkar sebagai partai oposisi. Surya Paloh yang memiliki retorika ‘hebat’, dan menggunakan idiom kata yang luar biasa memiliki pengaruh, dan bahkan bisa ‘menyihir’ para peserta Munas. Sebaliknya, Ical yang flamboyan, dan gayanya yang sangat lembut, bicara tanpa ‘intonasi’, dan mirip SBY,  ingin menjadikan Golkar  tetap menjadi mitra pemerintah.

Pengamat menilai dua calon yang banyak mendapatkan sorotan ini, tidak akan terlalu berpengaruh, karena figur calon ketua yang muncul terlalu banyak punya kepentingan. Semuanya calon yang muncul saat ini sarat dengan kepentingan, dan ‘gaung’ ucapan yang penuh retorika ingin membesarkan Partai Golkar itu, hanyalah sebatas retorika politik. Golkar yang dilahirkan oleh militer tahun  1964  itu, sejatinya hanya menjadi alat dan mengabdi kepada para penguasa.

Iklan kampanye di televisi disiarkan berkali-kali di stasiun televisi nasiona ANTV dan TVone, maklum, Aburizal Bakrie alias Ical, yang mencalonkan diri sebagai salah satu calon ketua Golkar adalah pemilik dua stasiun televisi tersebut dan serentetan media lainnya di Indonesia

Surya Paloh, yang disebut-sebut sebagai pesaing Ical menggunakan strategi media yang sama. Sebagai pemilik Metro TV dan sejumlah media lain, Paloh menggunakan kekuatannya dengan tampil agresif di media miliknya.

Perbedaan utama antara keduanya yang dipahami publik, sejauh ini menyangkut strategi meneruskan kepengurusan Golkar mendatang, Ical tetap menjaga hubungan dengan pemerintah, dan bahkan akan menjadi salah pilar penting dalam mendukung kekuasaan Presiden SBY. Ical akan diskenariokan seperti ketika JK mengambil alih Golkar, saat sesudah menjabat sebagai Wapres, dan langkah itu mendapatkan restu Presiden SBY, dan tentu tujuannya untuk mengamankan kebijakan pemerintah di parlemen melalui Golkar. setidaknya, sebelum pelantikan Presiden SBY, 20 Oktober nanti, sudah ada kejelasan siapa yang menjadi ketua Golkar. Dan, Presiden SBY sangat berkentingan terpilihanya Ical, hal itu dimaksudkan memperbesarkan dukungan koalisi, sesudah Taufik Kemas resmi mendukung Presiden SBY, dan terpilih menjadi Ketua MPR.

Di bagian lainnya, Surya Paloh bermaksud ingin beroposisi. Tapi, sangatlah sulit membawa Golkar menjadi partai oposisi, karena seluruh kader Golkar mempunyai kaitan dengn kekuasaan. Tapi, apakah oposisi akan menjadi pilihan berani, karena sejak berdiri tahun 1964, Golkar belum pernah lepas dari peran pemerintahan dan selalu menjadi alat kekuasaan. Tapi mana pilihan yang lebih realitis untuk Golkar sekarang?.

Setelah kalah dalam dua kali pemilu terakhir dan calon presidennya gagal duduk di tampuk pemerintahan, ketua umum Golkar yang juga wapres Jusuf Kalla mengingatkan, dua pilihan itu sama sama beresiko.

”Kalau mau jadi besar ya harus menjadi pimpinan pemerintahan dan pemerintahan itu berhasil, atau jadi oposisi. Kalau jadi oposisi tapi pemerintahannya berhasil ya tetap tidak menjadi besar sama dengan PDIP atau Gerindra yang luar biasa mencela dan mengkritik pemerintah, tapi karena pemerintah berhasil tetap tidak bisa” kata Jusuf Kalla.

Sementara menurut peneliti politik CSIS Sunny Tanuwidjaja, apapun pilihan ketua Golkar nanti sebenarnya tidak akan banyak berpengaruh terhadap kemajuan Golkar kedepan.  Apapun pilihan ketua Golkar nanti sebenarnya tidak akan banyak berpengaruh terhadap kemajuan Golkar kedepan.Sunny menilai, para kandidat yang muncul sekarang justru akan lebih banyak memanfaatkan posisi Golkar, ketimbang membesarkannya.

”Di masa-masa seperti ini semua orang bisa mengatakan ingin membangkitkan partai tapi yang seperti kita ketahui, Aburizal Bakrie dia mempunyai kepentingan sendiri seperti mendekatkan Golkar dengan kekuasaan karena dia mempunyai permasalahan soal Lapindo sehingga perlu dekat dengan orang yang berkuasa saat ini”.

”Sementara Surya Paloh juga mempunyai berbagai macam bisnis yang harus dia kembangkan dan dilindungi. Pertanyaannya adalah apakah kepentingan pribadi kedua calon ini akan sejalan dengan kepentingan Golkar secara institusi kedepan. Apakah akan membangun partai Golkar lebih kuat, lebih modern, lebih disiplin ini akan membantu kepentingan pribadi mereka ?”.

Selain Aburizal Bakrie dan Surya Paloh, calon yang untuk ketua Golkar adalah Yuddy Chrisnandy dan Tommy Suharto. Golkar dijadwalkan sudah memiliki ketua baru, pada hari Rabu depan. (bbc/m)