Kasus gizi buruk kembali menerpa Cianjur, Jawa Barat. Menurut laporan RSUD Kabupaten Cianjur, ada 11 anak yang terkena Kurang Energi Protein (KEP). Usia anak-anak itu berkisar antara 1-7 tahun. Yang
lebih mengagetkan lagi ternyata kasus KEP ini bukan kali ini saja, bahkan terjadi tiap tahun.
Temuan ini diungkapkan oleh Drs. H. Djalaluddin Asysyatibi, anggota DPR RI Komisi VIII F-PKS. “Hampir setiap tahun kasus (gizi buruk) ini ada. Hanya saja itu baru terungkap media sekarang ini,” ujar Asysyatibi saat kunjungan kerja ke daerah Cianjur, Rabu (21/12).
“Saya minta Dinas Kesehatan setempat untuk lebih proaktif mencari
anak-anak lainnya yang terkena KEP . Apalagi kasus (KEP) ini hampir
terjadi tiap tahun,” pinta politisi PKS itu.
Diakui Djalal bahwa orang tua anak yang terkena gizi buruk itu dari kalangan tak mampu. Semua orang tua mereka merupakan peserta kartu Bantuan Tunai Langsung (BLT) dan pemegang kartu Askes Miskin
(Askin).
Kendati demikian, Djalal tidak menampik bahwa kemiskinan bukanlah
satu-satunya penyebab anak-anak itu terkena KEP. Menurut dia, pola makan dan budaya masyarakat Cianjur juga ikut memicu mewabahnya KEP ini.
Djalal menjelaskan, “Kasus KEP ini mencuat karena kurangnya pemahaman si ibu terhadap makanan bergizi yang dibutuhkan anak. Padahal di sekitar mereka banyak makanan yang bergizi. Bahkan Cianjur sendiri dikenal dengan berasnya yang bermutu baik.”
Selain itu, Djalal juga menyoroti peran si ibu yang terlalu bersikap hormat terhadap suami. “Di masyarakat Cianjur masih ada isteri yang terlampau hormat kepada suami, sehingga pola makan anak tergantung selera suami. Padahal harus dilihat kebutuhan gizi apa yang dibutuhkan anak,” kilas Djalal.
Ditambahkan Djalal, di tengah-tengah masyarakat masih ada kepercayaan patang puluh, yakni keyakinan agar anak pintar maka anak tidak diberi makanan yang bernyawa dan anyir-anyir.(ily/ln)