“Ghaib”, Game Mengusir Setan Ciptaan Mahasiswa ITB

Seorang mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) membuat game horor berjudul Ghaib. Mengangkat tema lokal, senjata pengusir hantunya cukup membacakan ayat suci Al Quran. Game yang dibuat selama dua tahun itu cukup seru dan menegangkan.

Game buatan Satrio Dewantono, 21 tahun, itu tengah dipamerkan di acara Pagelaran Mahasiswa Nasional bidang Teknologi dan Informasi (Gemastik) di ITB yang berlangsung Rabu – Kamis, 10-11 Oktober 2012. Game tiga dimensi (3D) itu juga lolos sebagai finalis di kategori permainan pada acara tersebut. Sejumlah pengunjung antri menonton dan memainkannya di Campus Center barat ITB.

Ghaib terdiri dari 6 level. Setiap level yang masih terangkai dalam satu cerita, berlatar tempat berbeda. Diantaranya di dalam hutan, Puskesmas, dan kuburan. “Hantunya ada kuntilanak, pocong, dan palasik (kepala terbang),” ujarnya di ITB, Rabu, 10 Oktober 2012.

Kisah game itu berawal dari kakak adik Ikrar dan Alya yang mengalami kecelakaan mobil saat malam hari. Keduanya lalu terpisah di lokasi kecelakaan yang dekat kawasan hutan. Pemain yang menjadi Ikrar, berusaha mencari Alya.

Pencarian itu mendebarkan. Hanya berbekal lampu senter dan kitab Alquran yang selalu terbuka di tangan kanan, pemain harus menghadapi hantu di lokasi. Saat terdengar suara tertawa kuntilanak yang keras misalnya, sosoknya masih sulit dicari.

Pada situasi seperti itu, muncul ayat demi seayat surat pendek Alquran di laya bawah seperti teks terjemahan film di bioskop atau televisi. Ayat berhuruf Arab itu harus dibaca dengan benar untuk menjauhkan jarak hantu dan serangannya. Satrio memasukkan 10 surat berayat pendek (juz amma).

Ketegangan muncul tiap kali hantu mendekat dan selalu dari arah belakang. Saking takutnya, ada pemain yang terlupa membaca ayat suci. Dalam hitungan detik, sang hantu akan mendekat dan mengakhiri permainan. “Game ini juga melatih orang membaca Alquran,” ujar mahasiswa Teknik Informasi ITB 2009 itu.

Gagasan game itu muncul ketika Satrio memegang Alquran saat ingin membuat game yang berbeda. “Kayaknya seru lawan setan pakai Alquran,” ujarnya. Sejak dua tahun lalu, ia membuat game itu di kamar kosnya di Jalan Tubagus Ismail. Sehari rata-rata ia habiskan 4 jam. Kadang ia bolos kuliah karena keasyikan membuat programnya.

Game yang juga menghabiskan uang produksi Rp 2,5 juta itu tak dijual. Ia membebaskan siapa pun yang suka mengunduhnya di ghaibthegame.wordpress.com.(fq/tempo)