Gempa susulan kembali mengguncang Pulau Sumatera hari Kamis (13/9) dini hari dengan kekuatan 7, 5 skala Richter. Gempa susulan itu terjadi saat tim penyelamat bersiap-siap untuk melakukan upaya penyelamatan dan bantuan pada warga yang terkena dampak gempa pertama, yang terjadi pada Rabu petang dengan kekuatan 8, 4 skala Richter.
Pusat gempa pertama berada di sekitar 100 kilometer sebelah barat daya kota Bengkulu, wilayah pesisir pantai Sumatera. Pusat-pusat peringatan tsunami di negara-negara yang berada di kawasan Laut Hindia, seperti Srilanka, India, wilayah pesisir pantai Afrika termasuk Indonesia sempat mengeluarkan peringatan bahaya tsunami. Namun peringatan itu ditarik kembali.
Gempa pertama yang terjadi Rabu petang, getarannya terasa sampai ke kota-kota lainnya di Sumatera seperti Palembang, Pekanbaru dan Padang bahkan sampai terasa di Jakarta. Gempa membuat warga panik dan menimbulkan banyak kerusakan pada rumah-rumah penduduk dan gedung-gedung bertingkat.
Situs al-Jazeera mengutip pernyataan regu penyelamat di Jakarta menyebutkan, gempa juga mengakibatkan aliran listrik dan jaringan komunikasi terputus. Sejauh ini, tercatat sembilan orang tewas akibat gempa pertama dan puluhan orang lainnya luka-luka. Diperkirakan korban akan terus bertambah.
Crisis Center di departemen kesehatan menyatakan akan segera mengirimkan tim penyelamat, obat-obatan dan makanan ke wilayah yang terkena dampak gempa. Aparat militer juga akan dikerahkan untuk membantu para korban di lokasi bencana.
Menyusul gempa kedua, pusat-pusat peringatan tsunami di kawasan Laut Hindia kembali mengeluarkan peringatan bahaya tsunami bagi warga yang tinggal di dekat pantai. Gempa kedua yang terjadi Kamis pagi, getarannya terasa sampai ke Singapura dan membuat warga yang tinggal di gedung-gedung tinggi panik dan berhamburan keluar.
Ilmuwan di Survei Geologi AS David Oppenheimer mengatakan, gempa dengan kekuatan sampai 8 skala Richter bisa menimbulkan kerusakan berat pada bangunan-bangunan. "Gempa seperti itu bisa menimbulkan banyak korban, terutama di negara-negara dunia ketiga, " katanya. (ln/aljz)